Mohon tunggu...
Yuana Gita Yanuari
Yuana Gita Yanuari Mohon Tunggu... -

I'm agitayuana - teenagers 17yo ♥writing BADLY! writer amateur :3\r\n\r\nvisit http://agitayuana.tumblr.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah, Membuat Derita Menjadi Cerita

20 Juni 2012   15:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pertama aku melihat dunia, aku tak pernah menemukan dia disampingku. Dia yang mengandungku selama 9 bulan, dia yang memperjuangkan agar aku bisa tetap hidup dalam rahimnya bahkan hingga aku terlahir ke dunia, walau tanpanya. Kata Ayah, aku memanggilnya ‘Ibu’.

Aku terlahir dengan segala kekuranganku. Aku berbeda. Aku tak memiliki Ibu, dan hanya memiliki seorang Ayah. Aku tak memiliki dua kaki sempurna, aku hanya memiliki satu kaki sebelah kanan. Aku tak bisa berjalan dengan normal, tapi aku berjalan mengandalkan tongkat. Aku bukan gadis dari kalangan berada, melainkan dari kalangan kumuh. Ayahku hanya bekerja sebagai supir angkutan umum, upah beliau pun tak pernah lebih dari 50.000,- setiap harinya. Tapi satu hal, aku amat bangga memilikinya.

Beliau pantas ku panggil Ayah, ketika mengingat wajah Ibu dalam bingkai senja, memeluk angan-angan tentang Ibu, Ayah memberiku pengertian akan kerasnya hidup. Ayah yang banting tulang bekerja demi menghidupiku buah hatinya yang jika ia mau, aku mengizinkannya membuangku kapan saja.

“kamu kangen sama Ibu?”

“iya”

“jangan menangis nak, Ayah bisa gantikan Ibu. Ayah bisa memakai pakaian Ibu ketika kamu merindukan beliau. Ayah bisa membuatkanmu sarapan ketika kamu bangun pagi. Ayah bisa membuatmu sempurna seperti Ibu yang selalu bisa menjadi sempurna di matamu dan dimata Ayah. Jangan menangis nak, maaf” ayah, meskipun aku masih dapat melihat tetes air mata duka dari sudut matanya, tapi ia menyimpan kasih sayang yang luar biasa membuatku kuat.

Ayah, mengapa engkau begitu tulus? Padahal aku hanya bisa membuatmu susah, menyita banyak waktumu, membiarkanmu memunguti pecahan gelas kaca yang sering kali aku jatuhkan, membuat hutangmu setiap helai bulu, menyisakan peluh yang tak pernah kering di dahimu.

Ayah, mengapa semuanya begitu cepat? Saat aku berusaha membalas kasih sayangmu, saat aku merekam semua hal yang kita lalui bersama, saat aku menemukan cara agar aku terlihat sempurna dan berguna di kedua matamu, kau memilih untuk pergi..

“jangan pernah menangisi kehidupan, jangan pernah menyerahkan dirimu pada takdir. Ubahlah takdir itu, rambahlah cakrawala dengan kedua sayapmu. Sapa lah mereka yang mencemoohmu dengan segudang prestasi, buat Ayah dan Ibu bangga karna telah memperjuangkanmu. Jangan pernah meneteskan air mata untuk dia yang menyakitimu, tapi teteskan lah air mata itu dalam Kristal-kristal berharga untuk dia yang membahagiakanmu. Ayah selalu berusaha menjagamu dari sudut manapun, anakku”

Ayah, kau membuat derita menjadi cerita. Aku akan merindukanmu, ku kenang semua perkataanmu dalam kehidupanku. Kali ini aku benar-benar sendiri, berusaha merambah cakrawala entah sampai kapan ujungnya. Terimakasih Ayah, kau selalu berusaha membuatku menjadi gadis yang kuat. Do’aku selalu membasahi nisanmu.

Yuana Gita Yanuari_

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun