Mohon tunggu...
Agis Yulianti
Agis Yulianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Kuningan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Pancasila Pilar yang Terabaikan di Tengah Gelombang Digitalisasi

20 Januari 2025   20:24 Diperbarui: 20 Januari 2025   20:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/QzcYeSaJSUQ4Ymgz6

                                  Gambar 1.1


Di era digital yang serba cepat ini, isu relevansi Pendidikan Pancasila sering menjadi perdebatan. Banyak mahasiswa dan pelajar menganggapnya sekadar formalitas, mata kuliah yang hanya perlu dilewati untuk memenuhi kurikulum. Padahal, esensi Pancasila sebagai falsafah bangsa justru semakin penting di tengah derasnya arus globalisasi dan ancaman terhadap identitas bangsa.

Salah satu isu utama adalah minimnya pendekatan kontekstual dalam pengajaran. Pendidikan Pancasila sering kali disampaikan secara teoritis, tanpa mengaitkannya dengan realitas sosial dan tantangan zaman. Akibatnya, nilai-nilai Pancasila seperti gotong-royong, keadilan sosial, dan persatuan hanya menjadi hafalan, bukan pedoman hidup. Di sinilah kita perlu mengkritisi metode pembelajaran yang terlalu normatif dan kurang aplikatif.

Gelombang digitalisasi juga membawa ancaman baru: disinformasi dan polarisasi sosial. Banyak generasi muda lebih terpaku pada narasi media sosial yang tidak jarang bias dan memecah belah, daripada memahami nilai-nilai Pancasila sebagai filter berpikir kritis. Misalnya, ketika menghadapi isu-isu seperti ujaran kebencian, intoleransi, atau politik identitas, adakah yang benar-benar mengingat nilai sila ketiga, "Persatuan Indonesia"? Realitanya, banyak yang justru terseret dalam arus perpecahan.

Dalam pandangan saya, Pendidikan Pancasila harus bertransformasi. Tidak cukup hanya dengan kurikulum yang bersifat doktrinal, tetapi perlu menyentuh langsung aspek-aspek kehidupan mahasiswa. Salah satu cara adalah dengan memanfaatkan teknologi digital secara bijak. Aplikasi, platform e-learning, dan media sosial dapat menjadi alat untuk menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila melalui konten kreatif seperti podcast, video pendek, atau diskusi interaktif.

Selain itu, integrasi Pendidikan Pancasila ke dalam praktik sehari-hari juga penting. Kampus dapat memfasilitasi program pengabdian masyarakat berbasis nilai-nilai Pancasila, seperti gotong-royong untuk pembangunan desa digital atau dialog antarbudaya di daerah konflik. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga menerapkan Pancasila dalam aksi nyata.

Jika tidak ada reformasi, Pendidikan Pancasila berisiko kehilangan relevansinya. Jangan sampai generasi muda hanya mengenal Pancasila sebagai teks di buku, tanpa memahami makna mendalam yang sebenarnya bisa menjadi solusi bagi tantangan bangsa di era digital ini. Oleh karena itu, mari jadikan Pancasila lebih dari sekadar simbol; jadikan ia sebagai pedoman untuk membangun Indonesia yang inklusif, kritis, dan berdaya saing di dunia global.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun