Mohon tunggu...
Agistina Sekarini Kanika
Agistina Sekarini Kanika Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers Mahasiswa

Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pekalongan yang tertarik dibidang menulis dan jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Tak Menetap

9 November 2021   12:39 Diperbarui: 9 November 2021   13:02 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga detik ini, sesekali kenangan tersebut selalu menghantui pikirannya. Meski sebatas kenangan yang lumayan manis, belum sepenuhnya. Tapi baginya itu suatu hal penting dalam sisi asmaranya.

"Malam ini ada waktu? Aku jemput kamu ya, aku ingin bercerita" jelasnya dalam sebuah chatting

Awal pertemuan mereka yakni sebatas ingin bercerita.

Malam itu, disudut barat laut alun-alun kota mereka duduk berdua. Teman, begitulah status mereka saat itu. Hanya teman biasa, yang sedang berbagi cerita. Salah satu diantaranya muncul perasaan canggung. Iya tidak salah lagi kalau bukan si perempuan. Sebab, ini kali pertama mereka bertemu hanya berdua.

"Jadi gini....." sang laki-laki memulai pembicaraan dengan nada serius. Ia bercerita tentang kalutnya hati dan emosi yang dialami. Hal tersebut tentang asmaranya.

Sontak, si perempuan berada dalam keadaan bingung hendak memberikan balasan seperti apa. Ia harus berubah menjadi layaknya dokter cinta, hanya untuk memberikan solusi.

Malam itu, alun-alun terlihat ramai. Membuat pikiran tak bisa bersahabat sejenak untuk memberikan solusi. Ia hanya membalas dengan kalimat seadanya, setidaknya untuk menenangkan emosi.

"Mulai sekarang bakal nyari yang bener-bener ada, tapi tidak saat ini juga. karena, hati perlu istirahat terlebih dulu sebelum memulai kembali" ujar si laki-laki

Pertemuan malam itu diakhiri dengan makan bersama di warung pecel lele. Sederhana, tapi mengesankan.

Berawal dari tatap saat bercerita itulah, si perempuan mulai terombang ambing oleh perasaannya. Dia tahu tidak boleh memiliki rasa lebih. Dia paham, bahwa laki-laki tersebut menganggap pertemuan kala itu sebatas bertemu. Entah apa yang membuatnya begitu yakin, padahal dia bukan peramal.

Musim demi musim berlalu begitu cepat.
Hingga siklus yang tidak ia harapkan tiba. Komunikasi antar keduanya tidak berjalan mulus dan lurus. Keduanya sama-sama tak saling sapa, karena sibuk. Keduanya sama-sama sebatas penonton snapgram ataupun snap whatsapps. Sebatas menyapa basa basi pun, tidak pernah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun