Komunikasi terapeutik membantu perawat membangun hubungan baik dengan pasien. Dengan berbicara secara jelas, ramah, dan penuh empati, perawat dapat membuat pasien merasa didengar dan dihargai. Perawat juga menjadi penghubung antara pasien dan dokter, sehingga pasien lebih mudah memahami kondisi kesehatannya dan arahan medis yang diberikan.
Pada Rabu, 13 November 2024, penulis mengamati pekerjaan perawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Dari pengamatan itu, terlihat bahwa perawat selalu berusaha menjalankan tugasnya dengan baik, sesuai aturan dan etika, serta menggunakan komunikasi yang ramah. Mereka selalu menyapa pasien dengan senyum dan nada suara yang lembut, memastikan suasana menjadi nyaman.
Ketika memberikan arahan, perawat memastikan informasi yang disampaikan mudah dimengerti oleh pasien. Jika pasien masih bingung, perawat memberikan penjelasan tambahan dengan sabar. Prinsip 5S—senyum, salam, sapa, sopan, dan santun—dijalankan dengan konsisten, sehingga pasien merasa lebih dihargai dan nyaman.
Komunikasi terapeutik juga membantu perawat mendengarkan keluhan pasien dengan empati. Dengan cara ini, perawat dapat memahami kebutuhan pasien secara lebih baik, baik kebutuhan fisik maupun emosional. Hal ini membuat perawatan yang diberikan lebih tepat dan sesuai.
Selain itu, komunikasi yang jelas dan mudah dipahami sangat penting agar pasien tidak bingung dan dapat mengikuti arahan dengan baik. Penjelasan yang diberikan perawat tentang kondisi kesehatan dan pengobatan juga membantu pasien merasa lebih yakin dan percaya diri untuk menjalani proses penyembuhan.
Dengan komunikasi yang baik, perawat tidak hanya membantu pasien sembuh secara fisik, tetapi juga menciptakan rasa aman dan nyaman. Ini membuat komunikasi terapeutik menjadi bagian penting dalam tugas perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H