Bukan sebagai patron, namun sebagai bahan untuk merenungi bahwa dari tujuh orang yang memimpin Indonesia, hanya satu perempuan yang pernah menjabat sebagai pemimpin Negara atau presiden.
Beda halnya dengan jumlah kursi di DPR pada periode 2019-2024 terdapat peningkatan jumlah anggota dewan perempuan, yakni 118 kursi atau 21 persen dari total 575 kursi di DPR diisi oleh perempuan.
Para penulis percaya bahwa emansipasi perempuan adalah jalan untuk membuat pandangan dan sistem yang adil bagi perempuan di mata publik. Lebih lanjut, perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam memperjuangkan apa yang menjadi cita-citanya baik dalam tatanan masyarakat, politik, dan pendidikan.
SEMANGAT
Kobaran api semangat Kartini yang berlapis-lapis telah menerangi jalan-jalan sunyi yang awalnya hanya diperuntukkan untuk kaum adam. Pertama, Semangatnya dalam memajukan pendidikan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Model pendidikan neoliberal, yang menempatkan pendidikan sebagai barang dagangan, sehingga pendidikan hanya dinikmati kaum kaya, bertolak belakang dengan cita-cita pendidikan Kartini yang menghendaki pencerdasan seluruh rakyat tanpa diskriminasi.
Kedua, Semangat emansipasinya, yakni semangat yang menempatkan semangat emansipasi, termasuk emansipasi perempuan, sejalan dengan cita-cita nasional dan kemanusiaan.
Bukan emansipasi liberal yang menitik-beratkan kemajuan individual. Melainkan emansipasi kolektif, yakni kemajuan rakyat atau bangsa. Semangatnya bukan hanya untuk kemajuan perempuan saja, namun kartini selalu memikirkan kemajuan bangsanya secara kolektif dengan iringan semangat para perempuan.
Oleh karena itu, Kartini tidak hanya dikenal sebagai tokoh emansipasi, namun lebih jauh sebagai sosok aktivis Hak Asasi Manusia.
RELEVANSI
Apa saja pemikiran Kartini yang relevan dengan masa kini?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!