Mohon tunggu...
Agi Julianto Martuah Purba
Agi Julianto Martuah Purba Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya senang mengamati, membaca, merasakan dan menyatukan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartini: Perempuan, Semangat, dan Relevansinya

21 April 2020   22:13 Diperbarui: 21 April 2020   22:45 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Selamat memperingati Hari Kartini. Tetapi bukan Kartini sebagai perempuan pemakai kebaya dan konde semata, melainkan Kartini sebagai seorang aktivis perempuan dan pemikir besar bangsa ini, substance above existence.

Tanggal 21 April, seperti biasa, bangsa ini memperingati Hari Kartini. Hendaknya momentum ini menjadi ruang untuk mengenang Kartini sebagai pejuang bangsa beserta gagasan-gagasannya. Dan penting juga melihat relevansi gagasan Kartini pada konteks sekarang ini.

Kartini adalah seorang pejuang anti-kolonial. Dia bisa menjadi inspirasi bagi kita, rakyat Indonesia, dalam memperkuat kembali semangat anti-kolonialisme guna membebaskan rakyat dari penjajahan modern atau neoliberalisme.

Bukankah Soekarno, bapak pendiri bangsa kita, sudah pernah mengingatkan, "Imperialisme yang memerintah bisa saja lenyap, tetapi imperialisme yang menguasai masih tetap tinggal, hanya penjajahnya, perilaku dan caranya yang berbeda, tetapi sistem kapitalisme-imperialisme Internasional bisa saja mencengkeram bangsa kita. (Indonesia Menggugat, 2010:2).

Kartini mungkin berhadapan dengan imperialisme klasik. Ia hidup di penghujung era tanam paksa. Dia belum sempat menyaksikan kekejaman imperialisme modern. Tetapi tidak ada salahnya mengambil semangat anti-kolonial Kartini sebagai semangat kita juga dalam menghadapi imperialisme modern.

PEREMPUAN

Kartini adalah perempuan seperti pada umumnya, namun semangat perjuangan yang mengalir dalam darahnya yang membuat dirinya menonjol. Banyak yang mengatakan bahwa kekuatan perempuan ada pada perasaan dan hatinya, benar karna ketegasannya ada pada kelembutannya. 

Namun harus diketahui, bahwa paham yang telah terpatri di benak perempuan, bahwa tempat yang paling layak bagi perempuan adalah dapur dan mengurusi pekerjaan rumah tangga adalah salah adanya.

Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak 269,6 juta jiwa. Dimana jumlah laki-laki 135,34 juta jiwa, lebih banyak di banding perempuan yang hanya 134,27 juta jiwa.

Persoalannya bukan mengapa jumlah perempuan lebih sedikit dari pada laki-laki, namun bagaimana dampak yang tercipta dari semangat para penduduknya, termasuk perempuan.

"Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa behagia baginya" - Raden Adjeng Kartini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun