Tulisan ini saya awali dengan pengamatan tentang bagaimana pentingnya peran kesadaran untuk hampir semua hal yang bersentuhan dengan kehidupan manusia baik secara pribadi maupun bersosial masyarakat.Â
Saya melihat bagaimana peran kesadaran sangat penting dalam banyak hal, seperti bagi teori pendidikan kaum tertindasnya Paulo Freire, penyadaran merupakan inti proses dalam teori ini, dimana pendidikan kaum tertindasnya Paulo Freire menumbuhkan kesadaran yang menjauhkan seseorang dari "Rasa takut akan kemerdekaan" (fear of freedom).Â
Sebelumnya tulisan ini tidak akan mebahas bagaimana teori Pendidikan kaum tertindasnya Friere. Namun penulis ingin menarik benang merahnya dari sudut pandang pentingnya kesadaran dan upaya menumbuhkannya sejak dini.Â
"Seseorang tidak akan sadar akan suatu hal, jika hal tersebut belum terjadi secara nyata dalam kehidupannya" . Nah, kalimat ini terasa benar jika saya mengamati banyak kondisi yang terjadi di ruang lingkup kehidupan kita.
Kita sering sulit merasa sadar betapa pentingnya sarapan sebelum beraktifitas dipagi hari untuk menjaga kesehatan, sadarnya kelak ketika kita telah terkena maag.
Sama halnya dengan anak-anak tidak akan sadar betapa pentingnya masuk kelas dan belajar dalam mengikuti proses belajar di sekolah sampai mereka kelak ada di situasi telah tamat dari bangku SMA dan kemudian akan menghadapi banyak pilihan-pilihan tentang masa depan mereka.Â
Di titik situasi itulah mereka akan sadar bahwa semua yg telah terjadi di hari hari yang terlewati adalah salah. Jika fase ini terus berlanjut, tibalah pada titik penyesalan.Â
Lalu bagaimana upaya kita untuk selangkah lebih maju untuk berpikir dan bertindak berlandaskan kesadaran?Â
Sangat penting kita untuk memahami bahwa kita harus sejak dini membangun diri lewat proses penyadaran (konsientisasi). Sadar bahwa sesuatu harus dijaga, sadar bahwa sesuatu harus diberi upaya lebih optimal serta sadar bahwa semua harus dimulai.Â
Membangun ritual kebiasaan seperti inilah yang sulit. Karena kita perlu untuk mengubah jalur rel dalam cara kita menjalani kebiasaan - kebiasaan tersebut dan memperbaiki kerangka berpikir kita kembali. Â
Ini tentunya akan melibatkan hati dan pikiran lebih ekstra, karena akan berada dalam proses perenungan yang matang akan apa yang harus dikerjakan maupun tidak dsb.