Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahkota Kemuliaan #4: Kisah-Kisah yang Menakjubkan

2 Januari 2017   21:30 Diperbarui: 2 Januari 2017   22:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang ibu merupakan bidadari dunia yang bahkan surgapun berada di telapak kakinya, Allah Subhanahu Wata’ala menitipkan ridho dan kemurkaan-Nya kepadanya, dan doanya adalah doa paling diijabah. Kisah-kisah berikut ini mungkin bisa memberikan kita gambaran tentang betapa hebatnya sosok ibu tersebut.

Kisah 1

Kisah tentang NabiyullahIsmail ‘Alaihi Sallamdengan Siti Hajar ibu beliau adalah salah satu kisah perjuangan seorang ibu yang Allah Subhanahu Wata’ala abadikan kisahnya hingga saat ini dalam sebuah prosesi ibadah haji bernama Sa’i. Sebuah kisah yang luar biasa ini terjadi ketika Siti Hajar diberikan ujian oleh Allah Subhanahu Wata’ala tatkala suami beliau, Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallam mendapatkan perintah dari Tuhannya agar supaya membawa sang istri dan anak tercintanya ke sebuah padang pasir tandus dan meninggalkannya disana. Kita semua tahu betapa cintanya Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallam kepada keluarganya, terutama kepada putra satu-satunya saat itu, Ismail ‘Alaihi Sallam.Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallamadalah kekasih Allah Subhanahu Wata’alayang senantiasa diuji oleh sesuatu yang berat, dan dalam hal ini beliau kembali diuji oleh Allah Subhanahu Wata’alauntuk meninggalkan keluarganya di sebuah tempat terpencil yang tandus. Siti Hajar yang menyadari bahwa ini adalah perintah dari Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan dengan penuh keyakinan kepada suaminya bahwa Tuhannya sama sekali tidak akan menyia-nyiakannya. Siti Hajar dengan ikhlas menjalani apa yang menjadi kehendak Allah Subhanahu Wata’alatersebut meskipun harus menjalani cobaan yang sangat berat.

Bersama dengan putranya, Ismail ‘Alaihi Sallam,Siti Hajar berjuang keras untuk mendapatkan bantuan dari para kafilah yang mungkin lewat ke daerah itu. Beliau berjalan dan berlari kesana kemari berusaha untuk mendapatkan bantuan yang diharapkan. Dengan persediaan air yang semakin habis dan tidak ada seorangpun yang bisa dimintai bantuan, seorang Siti Hajar tetap berjuang tanpa putus asa untuk mencari air guna menghapus dahaganya dan juga sang putra Ismail ‘Alaihi Sallam yang tengah menangis. Beliau terus berlari dari bukit Shafa menuju Marwah dan dari Marwah kembali lagi ke Shafa disertai kepanikan dan kekhawatiran akan anaknya yang terus menangis karena kahausan. Dikala segala kepanikan, ketakutan, dan kekhawatiran sudah mencapai puncaknya, tidak disangka-sangka sebuah air memancar di dekat Ismail ‘Alaihi Sallamdibaringkan oleh ibundanya. Kasih sayang dari seorang Siti Hajar yang terus berlari dan berjuang di tengah gurun pasir tandus untuk mendapatkan seteguk air dihargai oleh Allah Subhanahu Wata’aladengan pancaran air sepanjang zaman, air zam-zam. Bahkan Allah Subhanahu Wata’alamemerintahkan semua manusia untuk mengenang keteladanan beliau dalam proses Sa’i saat menunaikan Haji.

Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan Sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”{Al-Baqarah : 158}.

Kisah 2

Muhammad Al-Fatih adalah salah seorang legenda Islam yang diakui kehebatannya tidak hanya oleh umat Islam saja, akan tetapi dunia mengakuinya sebagai sosok hebat yang mampu menaklukan Konstantinopel. Sebuah pencapaian yang tidak akan bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Namun, prestasi yang gemilang tersebut tidak akan pernah terjadi tanpa keberadaan sosok ibunda beliau. Ketika Muhammad Al-Fatih masih kecil, ibunda beliau setiap pagi memberikan wawasan dan pemahaman kepada A-Fatih kecil tentang ilmu geografi, tentang keberadaan sebuah bangsa besar yang disebut Konstantinopel. Sang ibu mengatakan kepada Al-Fatih kecil bahwa kelak beliau akan menjadi sosok pembebas Konstantinopel. Ibu dari Muhammad Al-Fatih menananmkan nilai-nilai luhur keislaman yang menjadi pondasi keimanan dan Al-Fatih kecil hingga beliau tumbuh dewasa dan menjadi sosok yang luar biasa. Barangkali tanpa pengajaran dari sang ibu, tidak akan pernah ada kisah gemilang tentang pembebasan Konstantinopel oleh kaum muslimin yang dipimpin oleh Muhammad Al-Fatih. Allahu Akbar.

Kisah 3

 Di negari Tiongkok (China), ada sebuah kisah mengharukan tentang perjuangan seorang ibu yang menginginkan putranya sekolah hingga jenjang tertinggi meskipun kondisi keluarga tersebut sangatlah miskin. Sang ibu hanya berjuang seorang diri untuk menafkahi keluarga. Beliau hanya mengandalkan dirinya untuk menjadi seorang buruh tani dengan upah yang sangat terbatas. Suatu kali, sang anak hendak masuk sekolah setingkat SMA. Sekolah memberikan syarat kepada setiap muridnya untuk membayarkan beras sebanyak satu karung di setiap periode tahun ajaran. Sang anak yang melihat ibunya terlihat lemah kondisnya karena pekerjaan berat yang dijalani merasa kasihan akan hal itu dan berniat untuk tidak melanjutkan sekolah dan lebih memilih untuk membantu sang ibu. Akan tetapi sang ibu tidak menyetujui keinginan anaknya tersebut dan tetap bersikeras supaya anaknya tetap melanjutkan sekolah. Adapun untuk syarat memberikan satu karung beras setiap periode tahun ajaran disanggupi oleh sang ibu, meskipun sang anak tahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang mudah.

Seiring waktu, tibalah pada periode tahun ajaran pertama. Sang ibu dengan bersusah payah datang ke sekolah untuk memberikan satu karung beras kepada pihak sekolah. Ketika pihak sekolah memeriksa beras dari sang ibu, didapati bahwa beras tersebut banyak bercampur dengan pasir dan tanah. Pihak sekolah marah dan menegur sang ibu terkait hal itu, dan meminta agar ibu tersebut tidak lagi membawa beras yang kotor lagi. Periode tahun kedua sudah tiba, dan kembali sang ibu membawa satu karung beras untuk dibayarkan kepada pihak sekolah. Setelah pihak sekolah melakukan pemeriksanaan terhadap beras yang dibawa oleh sang ibu, ternyata ditemukan kembali bahwa beras-beras tersebut bercampur dengan tanah dan pasir. Pihak sekolah kembali memarahi sang ibu dan memintanya agar jangan membawa beras yang kotor.

Waktu terus berlalu hingga tibalah pada periode tahun ketiga, yang mana merupakan tahun terakhir bagi sang anak untuk menempuh pendidikannya. Sang ibu dengan bersusah payah dan dalam keadaan lemah berusaha membawakan satu karung beras untuk dibayarkan kepada pihak sekolah. Sekali lagi, pihak sekolah menemukan bahwa beras dari ibu tersebut kembali bercampur tanah dan pasir. Pihak sekolah geram dengan apa yang diperbuat oleh sang ibu. Mereka menegur dengan keras tindakan dari ibu renta tersebut dan menghardik tentang pekerjaan macam apa yang dilakukan oleh sang ibu hingga beras yang dibayarkan kepada pihak sekolah begitu kotor seperti itu. Pihak sekolah berniat memanggil anak dari ibu tersebut namun ibu menangis dan memohon agar mereka tidak melakukannya. Sang ibu tidak ingin melihat anaknya dibuat malu akan kondisi tersebut karena menurut sang ibu hal itu akan meruntuhkan martabat dari sang anak. Dengan menangis ibu tersebut bercerita kepada pihak sekolah bahwa setiap pagi beliau harus pergi ke pasar untuk mengais beras-beras sisa di depan toko dan tempat-tempat jualan. Hari demi hari beliau mengumpulkan beras tersebut agar supaya bisa membayarkan biaya pendidikan bagi sang anak untuk sekolah, meskipun sambil menahan nyeri dan sakit akibat sakit rematik yang di deritanya. Apa yang dilakukan oleh ibu tersebut samasekali tidak diketahui oleh sang anak. Beliau berangkat lebih pagi tatkala sang anak masih beristirahat. Beliau tidak ingin mengetahui usaha dari sang ibu karena beliau takut sang anak iba dan meninggalkan sekolahnya. Kisah dari sang ibu tadi sudah meluluhkan pihak sekolah yang sebelumnya begitu keras menentang sang ibu karena membawa beras yang kotor ke sekolah. Pihak sekolah pada akhirnya justru memberikan keringanan biaya sekolah kepada sang anak dari ibu tersebut tanpa sepengetahuan dari sang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun