Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karakter Karyawan Super

23 Februari 2016   17:50 Diperbarui: 23 Februari 2016   18:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyertaan atribut kata “super” terhadap suatu hal tertentu akan menjadikannya memiliki makna lebih dari rata-rata, istimewa, atau luar biasa dari kebanyakan hal yang terjadi. Saat kita menyertakan kata “super” pada sebuah karakter kepemimpinan, maka kita bisa memaknai “pemimpin super” sebagai seorang pemimpin dengan kepribadian yang lebih hebat dari rata-rata orang kebanyakan. Atau bisa dibilang pemimpin yang istimewa.

Begitupun kiranya saat kita menyematkan kata “super” ini pada suatu sifat tertentu dalam diri manusia seperti sabar, ulet, dan lain sebagainya, maka kita akan mendapati makna dari sifat-sifat tersebut menjadi lebih dari biasanya. Seorang pribadi sabar masih akan kalah tingkatannya dengan pribadi yang “super sabar”. Seorang pribadi yang ulet masih akan kalah dengan pribadi yang “super ulet”.

Seorang pribadi yang cerdas masih tertinggal jika dibandingkan pribadi yang super cerdas. Seorang pribadi yang memiliki “kemampuan” super dalam dirinya akan mengungguli pribadi lain dengan kemampuan rata-rata atau dibawahnya. Kata “super” disematkan terhadap segala sesuatu yang mengungguli sesuatu yang lain , baik itu dalam kecakapan, kemampuan, karakter, dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan keluarga mungkin kita tidak asing dengan istilah super mom atau super dad, ibu super dan ayah super. “Julukan” ini sering disematkan kepada sosok-sosok pribadi ibu dan ayah yang memiliki dedikasi luar biasa dalam keluarga, misalnya mereka mampu memberikan pelayanan dengan baik sebagaimana halnya tugas seorang ibu atau ayah dan mereka juga menunaikan tugas-tugas selain yang menjadi tanggung jawab mereka.

Hal itu tidak akan berjalan baik bagi seseorang tatkala ia dihadapkan dengan begitu banyak tugas dan tanggung jawab yang menuntut perhatian tinggi untuk keseluruhannya, akan tetapi ada sebagian orang yang mampu menjalankan itu semua dengan baik atau bahkan sangat baik. Merekalah sosok-sosok ibu atau ayah super, yang mampu menunaikan tugas-tugasnya dengan kualitas level tinggi.

Di ranah keprofesian, yaitu di dunia para pekerja, lebih khusus lagi di dunia karyawan atau pegawai, juga ada pribadi-pribadi super yang merupakan sosok unggul dan memiliki kredibilitas tinggi dalam pekerjaannya. Saya menyebutnya super employee atau karyawan super. Sebagaimana layaknya super mom, super dad, dan manusia super lainnya, super employee ini adalah pribadi-pribadi yang mampu berbuat lebih bagi lingkungan tempat mereka berada yaitu perusahaan tempatnya bekerja.

Para super employee adalah mereka dengan kepribadian istimewa, yang mana berkat kepribadian tersebutlah sehingga mereka dinilai lebih unggul dibandingkan pribadi-pribadi yang lain. Dalam bahasa Malcolm Gladwell, super employee ini adalah para outliers di tempat kerja. Mereka bukanlah pribadi yang “kemarin sore” dengan pengalaman seujung kuku, karena tentu dibutuhkan waktu dan proses panjang untuk bertransformasi menjadi sosok unggul di bidang pekerjaannya tersebut. Inilah kaidah 10.000 jam yang dipercaya memberikan kontribusi siginifikan dalam perkembangan pribadi seseorang

. Seorang karyawan dengan “jam terbang” tinggi seharusnya memiliki tingkat keterampilan yang lebih baik dibandingkan mereka yang baru mengenal atau baru terjun dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Selain itu, kematangan dari sisi kepribadian akan semakin terasah berkat tempaan waktu dan lingkungan.

Seorang karyawan meskipun bekerja puluhan tahun seringkali hanya menjadi “bawahan” saja tanpa pernah mendapatkan mandat sebagai seorang pemimpin kelompok semisal kepala shift kerja, kepala bagian, manager, kepala divisi, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kaidah 10.000 jam tidak selalu bisa berbanding lurus dengan pencapaian karir seseorang. Dibutuhkan hal lain seperti kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki ataupun mengasahnya.

Seorang jenius brilian tidak memiliki arti apa-apa hingga ia memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang ia miliki. Begitupun seorang karyawan hanya akan menjadi orang “biasa-biasa saja” di tempat kerjanya selama ia belum mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan potensi besarnya. Sebagian orang menyebut orang-orang sukses di bidangnya sebagai manusia yang beruntung.

Seorang karyawan beruntung bisa menduduki posisi strategis di tempat kerjanya, entah itu sebagai leader dalam sebuah tim kerja, seorang manager perusahaan, seorang kepala bagian di suatu isntitusi, dan lain sebagainya. Namun seperti yang dituturkan oleh beberapa orang bijak bahwa keberuntungan itu memiliki dua sisi yang saling melengkapi, yaitu kemampuan dan kesempatan. Seseorang yang memiliki kemampuan mumpuni akan berhasil menggapai sesuatu yang lebih tinggi dengan adanya kesempatan untuk unjuk kemampuan. Kita ambil contoh ajang pencarian bakat Indonesian Idol. Barangkali tanpa adanya acara tersebut kita tidak akan pernah melihat talenta hebat dalam diri seorang Judika Idol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun