Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bagaimana Dampak Penutupan TikTok terhadap Ekosistem Digital dan Kecerdasan Kolektif?

18 Januari 2025   11:16 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:16 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Platform TikTok akan segera diblokir di Amerika Serikat, Akankah menular ke Indonesia? | Ilustrasi gambar: rri.co.id

Dengan menghilangnya platform tersebut, maka mereka akan dipaksa untuk bermigrasi ke ekosistem lain yang bisa jadi tidak memiliki daya jangkau dan kemampuan spesifik lainnya yang serupa.

Bagi Indonesia sendiri yang termasuk paling tinggi penggandrung TikTok-nya, potensi penutupan TikTok  akan dapat memengaruhi ribuan kreator lokal yang telah membangun karier mereka di platform tersebut selama ini.

Selain itu, TikTok telah menjadi medium penting bagi pelaku usaha kecil, influencer, bahkan masyarakat pinggiran untuk menjangkau pasar yang lebih luas melalui video pendek kreatif mereka. Jikalau penutupan serupa terjadi di Indonesia maka hal itu tentunya akan memaksa mereka untuk mencari alternatif lain yang tidak hanya membutuhkan adaptasi teknis tetapi juga strategi pemasaran baru.

 

Kreator konten yang sedang bekerja di depan kamera | Ilustrasi gambar: freepik.com / wayhomestudio
Kreator konten yang sedang bekerja di depan kamera | Ilustrasi gambar: freepik.com / wayhomestudio

Urgensi Keberadaan Platform Lokal Sejenis

Penutupan TikTok di Amerika Serikat seharusnya menjadi momentum refleksi bagi Indonesia. Mengapa kita tidak mulai memikirkan pengembangan platform lokal yang memiliki daya saing global? Saya kira Komdigi paham betul hal ini tanpa harus digurui.

Selama ini kita sepertinya terlalu bergantung pada platform asing yang mendominasi ekosistem digital. TikTok, Facebook, Instagram, Youtube, Spotify, dan lain-lain membuat kita terikat. Ketika ketergantungan ini tiba-tiba terganggu, dampaknya akan dirasakan oleh seluruh ekosistem, mulai dari kreator konten hingga konsumen.

Dengan mengembangkan platform lokal, hal itu tidak hanya menciptakan peluang baru bagi talenta digital Indonesia, tetapi juga akan memperkuat kedaulatan digital negara. Apabila negara semaju Amerika saja begitu mengkhawatirkan keamanan negaranya terhadap platform TikTok, lantas mengapa Indonesia terlihat tenang-tenang saja?

Padahal, dengan inovasi teknologi yang terus berkembang, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk menciptakan aplikasi yang mampu bersaing di kancah global, sekaligus melindungi data pengguna dari ancaman privasi yang kerap menjadi isu utama di platform asing.

Penutupan TikTok ini juga seharusnya menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola konsumsi digital. Karena ketika kita terlalu bergantung pada satu platform maka hal itu tidak hanya membuat kita rentan secara informasi, tetapi juga membatasi kemampuan kita untuk mengeksplorasi perspektif baru.

Buckminster Fuller pernah berkata, "You can never learn less; you can only learn more." ("Anda tidak pernah bisa belajar lebih sedikit; Anda hanya bisa belajar lebih banyak.") Dalam hal ini, masyarakat perlu didorong untuk mencari sumber informasi yang lebih beragam dan tidak terpaku pada kungkungan algoritma semata.

Penting bagi kita untuk memanfaatkan momentum ini dengan memperkuat literasi digital. Karena hanya dengan kemampuan memilah informasi yang lebih baik, maka masyarakat dapat menjadi lebih kritis dan tidak mudah terjebak dalam bias algoritma. Selain itu, mengurangi ketergantungan pada satu platform saja juga akan membuka peluang untuk mengeksplorasi alternatif lain yang mungkin lebih mendukung pengembangan kecerdasan kolektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun