Selain itu, permainan ini juga seakan menghidupkan kembali memori masa kecil banyak orang, ketika banyak dari kita bermain di tanah, menggali, dan mencari "harta karun" imajiner.
Psikolog seperti Dr. Robert Sapolsky pernah menyatakan, "Play is not just a luxury, but a vital part of social bonding and stress relief." (Bermain bukan hanya kemewahan, tetapi bagian penting dari ikatan sosial dan pengurangan stres).
Hal ini menjadi masuk akal ketika kita melihat bagaimana orang dewasa, yang biasanya sibuk dengan rutinitas, turut meluangkan waktu untuk mengikuti permainan yang sepertinya nirfaedah ini.
Psikologi Dibalik Antusiasme Publik
Ketika melihat permainan ini dari kacamata psikologi, ada fenomena menarik yang kita kenal sebagai "reward anticipation." Ketika seseorang percaya bahwa ada hadiah menunggu di akhir usaha, maka otak akan melepaskan dopamin, yaitu neurotransmiter yang bertanggung jawab untuk perasaan senang.
Proses ini membuat permainan seperti "Cari Koin Jagat" terasa adiktif. Kita tidak hanya mengejar koin, tetapi juga mengejar rasa senang yang dijanjikan oleh otak kita sendiri.
Selain itu, ada pula elemen FOMO atau Fear Of Missing Out. Ketika suatu peristiwa menjadi viral, banyak orang merasa harus ikut serta agar tidak ketinggalan tren. Hal ini bukan hanya tentang mencari koin, tetapi juga tentang menjadi bagian dari cerita besar yang sedang terjadi.
Dalam hal ini media sosial (medsos) memainkan peranan penting memperkuat FOMO tersebut, yakni melalui banyaknya unggahan peserta yang terlihat senang dan puas mengikuti permainan ini.
Antara Hiburan dan Refleksi Budaya
Permainan "Cari Koin Jagat" bisa dibilang sebagai "lebih dari sekadar permainan", karena ia juga mencerminkan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat.
Di satu sisi, fenomena ini menunjukkan bagaimana orang bisa terhubung dan berkolaborasi melalui aktivitas sederhana. Sedangkan di sisi yang lain, kita juga bisa melihatnya sebagai bentuk pelarian dari tekanan hidup sehari-hari.
Dalam konteks masyarakat urban seperti Bandung, Surabaya, Jakarta, dan sebagainya, yang memang dikenal dengan ritme kehidupannya yang serba cepat, maka permainan semacam ini seperti menjadi oase di tengah penatnya hiruk pikuk kehidupan.
Namun, yang tidak kalah menariknya adalah apakah fenomena ini menandakan betapa mudahnya masyarakat kita terdorong oleh sesuatu yang viral? Apakah ini mencerminkan kebutuhan akan hiburan instan atau justru kerinduan akan sesuatu yang lebih sederhana dan nyata?