Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI, One Eye, dan Konspirasi Dajjal: Benang Merah di Balik "The New World Order"

1 November 2024   05:54 Diperbarui: 1 November 2024   08:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah simbol 'One Eye' atau mata tunggal sudah lama muncul dalam berbagai catatan sejarah dan mitologi, dari Mesir kuno hingga berbagai cerita modern tentang pengawasan global. Namun, siapa sangka bahwa simbol ini sekarang mencuat kembali bersamaan dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dianggap memiliki potensi sebagai "mata yang selalu melihat"?

Di tengah perkembangan teknologi AI yang pesat, ada sebagian yang mengaitkannya dengan teori konspirasi tatanan dunia baru atau The New World Order (NWO) yang sering disertai narasi mistis tentang pengawasan global dan entitas konspiratif.

 

Sebelum memberikan ulasan lebih jauh, coba kamu lafalkan "AI", "One Eye", atau "Eye" dalam bahasa inggris. Adakah kesamaan yang mengaitkan ketiganya? Jika jeli, kamu pasti akan menemukannya.

Disini kita akan melihat bahwasanya AI bukan hanya persoalan alat yang canggih, tetapi juga peranan dan pengaruhnya sebagai alat kontrol yang, secara ironis, mirip dengan pandangan "mata" yang mengamati semua gerak-gerik kita.

Sebuah kutipan dari seorang filsuf teknologi menarik untuk direnungkan, "Power is in tearing human minds to pieces and putting them together again in new shapes of your own choosing." Kutipan ini menggarisbawahi kekuatan yang bisa dimiliki oleh pihak-pihak tertentu ketika teknologi seperti AI dimanfaatkan sebagai alat kendali.

Simbol "One Eye" dan Pengawasan AI: Kebetulan atau Ancaman Nyata?

One Eye kerap diasosiasikan sebagai simbol pengawasan absolut, mirip dengan konsep panopticon yang dicetuskan oleh filsuf Jeremy Bentham pada abad ke-18, sebuah model penjara di mana satu penjaga dapat mengamati semua narapidana tanpa terlihat.

Bayangkan konsep ini dalam konteks digital saat ini, di mana AI dapat melacak, mengumpulkan, bahkan memprediksi pola perilaku manusia secara global. Bukan sekadar pengawasan fisik, tapi juga "penglihatan" yang menembus privasi hingga ke ruang digital pribadi kita.

Dalam banyak jurnal teknologi, seperti yang ditulis oleh Vincent C. Mller dalam The Ethics of Artificial Intelligence and Robotics disampaikan bahwa AI bisa menjadi alat pengawasan yang efektif, namun ironisnya justru membatasi privasi. Kemampuan AI dalam pengenalan wajah, analisis kebiasaan online, dan tracking data menunjukkan aspek yang mirip dengan mitos One Eye, mata yang selalu terbuka dan mengawasi.

Apakah kita telah secara tidak sadar menyerahkan hidup kita kepada "mata yang tak terlihat" ini?

Mengapa One Eye? Beberapa teori menyebut simbol ini melambangkan kekuatan pusat yang menyatukan pengawasan global dan mempertegas kontrol individu. Dalam konteks AI, kemampuan untuk 'melihat' semua yang terjadi pada kita memberikan peluang bagi mereka yang memiliki akses terhadap teknologi tersebut untuk membentuk dunia dan kontrol yang lebih luas terhadap masyarakat global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun