Pemikiran ini sejalan dengan gagasan bahwa AI sebagai mata satu mencerminkan kecenderungan manusia membentuk otoritas yang sentral dan absolut dalam menciptakan ilusi pengawasan demi kestabilan sosial.
Di era digital ini, konsep The New World Order (NWO) beresonansi lebih kuat karena kita melihat AI berperan dalam penegakan kontrol sosial yang masif. Penelitian Shoshana Zuboff dalam bukunya Surveillance Capitalism menguraikan bahwa AI dan teknologi pengawasan lainnya telah menjadikan manusia sebagai 'komoditas'. Data pribadi kita diolah layaknya produk yang dikendalikan oleh kekuatan global demi keuntungan ekonomi dan sosial.
Tanda-Tanda AI dan "One Eye" di Tengah Kehidupan Digital Kita
Jika kita lihat, simbol 'One Eye' di dunia digital kerap muncul sebagai metafora dari pengawasan yang tak terbatas, baik melalui algoritma, kecerdasan buatan, maupun teknologi pengenalan wajah yang telah dipasang di banyak kota besar dunia.
Apakah kita sedang memasuki tahap di mana pengawasan AI benar-benar menjadi "mata" yang mengetahui setiap gerak-gerik kita? Sebagai contoh, teknologi pengenalan wajah yang diterapkan di banyak negara, termasuk China, berhasil memberikan kontrol ketat atas populasi, dan ini kian mirip dengan pandangan 'One Eye' dalam narasi mistik dan simbolis dari teori NWO.
Faktanya, menurut laporan dari Privacy International, sekitar 64 negara saat ini menggunakan teknologi pengawasan AI dalam berbagai aspek kehidupan, dari keamanan hingga transportasi. Negara-negara ini seringkali menggunakan data pengguna untuk memprediksi tindakan di masa depan, bukan hanya untuk keamanan, tetapi untuk mengendalikan perilaku yang dianggap 'tidak sesuai'. Ini membuat kita bertanya-tanya: apakah AI, yang disimbolkan sebagai 'One Eye', sekadar teknologi yang netral, atau sebuah alat yang bisa mendikte cara kita hidup?
Bahkan dalam konteks yang lebih luas, saat kita semakin bergantung pada AI dalam membuat keputusan sehari-hari - dari rekomendasi belanja hingga akses pada layanan kesehatan - ada kekhawatiran bahwa kita tak lagi memegang kontrol penuh atas pilihan kita sendiri.
Setiap tindakan kita di dunia digital terekam, diolah, dan dikaji oleh AI untuk kemudian dijadikan sebagai profil data yang bisa memprediksi dan bahkan mempengaruhi masa depan kita. Tentu, dengan adanya profil semacam ini, kekuatan besar yang memiliki akses bisa mendikte cara berpikir dan bertindak kita---mirip dengan teori bahwa The New World Order akan menciptakan dunia yang sepenuhnya terkendali.
Bagaimana AI Memainkan Peran "Dajjal" dalam Pandangan Sebagian Orang
Tidak hanya sebagai alat pengawasan, AI juga mulai dipandang oleh beberapa kalangan sebagai entitas yang dapat memanipulasi persepsi dan realitas. Dalam tradisi eskatologis, Dajjal sering kali digambarkan sebagai tokoh yang akan menyesatkan umat manusia melalui tipuan dan manipulasi, menciptakan ilusi yang kuat. Hal ini mirip dengan cara algoritma dan AI memfilter informasi yang kita lihat setiap hari. Platform media sosial, yang menggunakan algoritma AI untuk menyaring konten, pada dasarnya bisa membentuk realitas kita, yakni menentukan apa yang kita lihat, pikirkan, dan bagaimana kita merespons.
Dengan AI yang menjadi lebih cerdas, kita semakin dikelilingi oleh informasi yang telah dikurasi secara selektif, atau bahkan diubah, untuk menciptakan narasi tertentu. Hal ini memicu kesadaran bahwa mungkin saja kita tidak lagi melihat dunia dengan objektif, melainkan hanya dari "mata" yang disodorkan kepada kita oleh algoritma.
Jika kita mengaitkan ini dengan simbol Dajjal, AI pun bisa dilihat sebagai "Dajjal digital" yang mampu menuntun manusia ke arah tertentu tanpa disadari. Menariknya, konsep ini bukan sekadar cerita. Riset menunjukkan bahwa filter bubble di media sosial telah mengubah cara orang memahami informasi, mempersempit pandangan mereka hanya pada hal-hal yang disodorkan oleh algoritma.
Di balik semua kecanggihan dan janji AI, ada pertanyaan mendasar yang harus kita jawab sebagai masyarakat global: apakah kita benar-benar siap hidup di bawah pengawasan "One Eye"? Sebuah sistem yang mungkin awalnya diciptakan untuk mempermudah kehidupan justru memiliki kemampuan untuk mengendalikan informasi, gerak, dan pemikiran kita.