Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Logistik Hijau, Ketika Aturan Emisi Kapal Merevolusi Perdagangan Internasional

30 September 2024   05:38 Diperbarui: 30 September 2024   13:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | KOMPAS/LASTI KURNIA

Bayangkan industri pengiriman barang di seluruh dunia, sekarang dipaksa untuk mematuhi standar emisi karbon yang lebih rendah. Itu bukan perubahan kecil. Salah satu solusi adalah dengan penggunaan teknologi scrubber. Scrubber bekerja dengan membersihkan gas buangan dari mesin kapal, mengurangi kandungan sulfur sebelum dilepaskan ke atmosfer. Meskipun pemasangannya mahal, ini adalah investasi yang pada akhirnya mengurangi risiko denda besar akibat pelanggaran aturan.

Tapi scrubber bukan satu-satunya teknologi yang sedang naik daun. Kapal-kapal bertenaga energi terbarukan juga mulai masuk ke jalur utama. Seperti apa wujudnya? Kapal-kapal yang menggunakan tenaga angin, panel surya, dan bahkan hidrogen untuk sumber energi utama mereka. Mungkin kedengarannya seperti fiksi ilmiah, tapi inilah kenyataan masa depan logistik kita.

Namun, ada satu hal yang perlu kita renungkan di sini. Teknologi hijau bukan cuma solusi untuk menyesuaikan diri dengan aturan baru, tetapi juga alat untuk menciptakan rantai pasokan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Ingat pepatah klasik dari Charles Darwin, "It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change."

#3 Mengatasi Hambatan Perdagangan: Kolaborasi atau Kompetisi?

 Koneksi jaringan pengiriman global dalam menghadapi tantangan aturan baru | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik
 Koneksi jaringan pengiriman global dalam menghadapi tantangan aturan baru | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

Aturan emisi IMO tak hanya menyentuh aspek teknologi, tetapi juga memengaruhi dinamika perdagangan global. Kapal yang tidak sesuai standar dilarang berlayar di beberapa wilayah, terutama di kawasan dengan regulasi ketat seperti Eropa. Implikasinya? Pengiriman internasional menghadapi hambatan baru, termasuk keterlambatan, kenaikan biaya, dan pembatasan rute.

Namun, di balik kesulitan itu, ada peluang bagi perusahaan yang mampu beradaptasi lebih cepat. Mereka yang menginvestasikan lebih awal dalam logistik hijau bisa mendapatkan keunggulan kompetitif. Misalnya, negara-negara yang memiliki akses lebih besar ke energi bersih dapat menawarkan biaya transportasi yang lebih rendah, menarik pelanggan yang peduli pada lingkungan.

Apakah perusahaan akan terus bersaing, atau justru berkolaborasi untuk menciptakan solusi bersama? Jawabannya masih terus berkembang. Tetapi yang pasti, logistik hijau membuka ruang bagi inovasi kolektif, baik di tingkat perusahaan maupun antar negara.

Masa Depan Logistik Hijau yang Tak Terelakkan

Tak ada jalan kembali---industri logistik global sedang bergerak menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Regulasi IMO bukanlah akhir dari cerita, melainkan awal dari babak baru di mana efisiensi energi dan inovasi teknologi akan menjadi kunci utama. Perusahaan yang ingin tetap kompetitif harus siap berinvestasi, berkolaborasi, dan berinovasi dalam menghadapi tantangan perubahan ini.

Meskipun tantangan regulasi lingkungan terkadang terasa berat, ia menawarkan peluang untuk pertumbuhan dan perbaikan. Perubahan besar seperti ini sering kali menjadi katalisator bagi inovasi yang lebih besar dan lebih baik. Jadi, bagi pelaku bisnis logistik global, ini adalah momen untuk melangkah ke depan atau tertinggal di belakang.

Selamat datang di era logistik hijau!

Maturnuwun,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun