Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker & Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

The Future of Work, Bagaimana AI Mengubah Cara Kita Mendefinisikan Nilai Pekerjaan ?

25 September 2024   05:19 Diperbarui: 25 September 2024   05:20 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI menilai berdasarkan kontribusi, bukan hanya posisi jabatan. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik

Apakah kamu siap menyambut masa depan yang lebih futuristik? Masa depan di mana pekerjaan bukan lagi sekadar jam kantor 9 pagi hingga 5 sore, melainkan sesuatu yang bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan dilakukan oleh siapa saja---bahkan mungkin oleh kecerdasan buatan (AI).

Iya, selamat datang di era baru yang sedang mendefinisikan ulang nilai pekerjaan. Bagaimana? Lewat AI, tentu saja!

Bayangkan suatu hari kamu terbangun, membuka laptop, dan ternyata pekerjaan yang biasa kamu lakukan sudah dikerjakan oleh mesin. Terkejut? Tenang, kamu tidak sendiri. Banyak orang mulai berpikir, "Apa nilai dari pekerjaan yang saya lakukan jika AI bisa melakukannya lebih cepat, lebih akurat, dan tanpa lelah?"

Kita ada di tengah revolusi besar, kawan. Tapi, seperti kata pepatah lama: "Jika Anda tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka."

Nah, sebelum kamu terlalu khawatir dengan masa depan yang penuh AI ini, yuk kita simak bagaimana sebenarnya AI mengubah cara kita mendefinisikan nilai pekerjaan melalui 4 aspek kunci berikut.

#1. Pekerjaan Bukan Lagi Tentang Jam Kerja, Tapi Tentang Produktivitas

Selama bertahun-tahun, dunia kerja selalu mengaitkan upah dengan jam kerja. Pekerja kantoran biasanya mendapatkan gaji berdasarkan berapa lama mereka bekerja di kantor. Tapi AI mulai menggeser paradigma ini. Pekerjaan kini bukan lagi soal berapa lama kita duduk di meja kerja, melainkan seberapa produktif kita.

Dengan AI, produktivitas meningkat secara eksponensial. Sebuah laporan dari Autor (2015) menunjukkan bahwa teknologi otomasi telah memungkinkan pekerja manusia menjadi lebih efisien, berfokus pada tugas-tugas bernilai tinggi, sementara pekerjaan repetitif ditangani oleh mesin. Sehingga, definisi pekerjaan beralih dari berapa banyak waktu yang dihabiskan, menjadi seberapa besar hasil yang dihasilkan.

Ini membuat kita bertanya, "Apa artinya bagi saya sebagai pekerja?"  Baiklah, itu artinya kamu perlu fokus pada keterampilan yang tidak bisa diotomasi. Apa itu? Kreativitas, empati, pemecahan masalah kompleks---semua hal yang sulit dikerjakan oleh AI.

Yang pasti, jika kamu tidak ingin pekerjaanmu diambil alih oleh robot, pastikan pekerjaanmu tidak seperti robot. Jadi, jangan sekadar bekerja rutin, tapi berinovasilah!

 

AI telah menggeser fokus dari jam kerja menuju hasil yang lebih produktif. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / pikisuperstar
AI telah menggeser fokus dari jam kerja menuju hasil yang lebih produktif. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / pikisuperstar


#2. AI Memungkinkan Pekerjaan Lebih Kolaboratif, Bukan Kompetitif

Jika dulu kita cenderung berpikir bahwa teknologi akan "mengambil alih" pekerjaan manusia, kenyataannya adalah AI bisa menjadi kolaborator terbaik kita.

Alih-alih bersaing dengan AI, para pekerja kini bisa menggunakan AI untuk menyederhanakan tugas sehari-hari. Hal ini memungkinkan pekerja fokus pada aspek kreatif dan inovatif yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.

Contohnya, dalam bidang pemasaran, AI dapat menganalisis data dalam jumlah besar secara cepat dan akurat, memberikan insight yang berguna bagi tim pemasaran manusia untuk merancang kampanye yang lebih personal dan efektif.

Dengan demikian, definisi nilai pekerjaan juga berubah. Pekerja yang mampu memanfaatkan AI sebagai alat bantu akan lebih dihargai daripada mereka yang mencoba menolak kehadiran teknologi ini. Inilah pentingnya kolaborasi antara manusia dan AI.
Seperti yang dikatakan oleh futuris terkenal Ray Kurzweil, "The future is not about humans versus machines, it's about humans and machines working together." ("Masa depan bukan tentang manusia versus mesin, tapi tentang manusia dan mesin yang bekerja bersama.")

 

Kolaborasi antara manusia dan AI menjadi kunci di era pekerjaan masa depan. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / DC Studio
Kolaborasi antara manusia dan AI menjadi kunci di era pekerjaan masa depan. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / DC Studio

#3. Fleksibilitas Adalah Mata Uang Baru di Era AI

Masih ingat ketika bekerja dari rumah hanya dianggap sebagai 'kemewahan'? Sekarang, dengan AI yang terus berkembang, fleksibilitas bukan hanya tuntutan, tapi juga aset.
AI memungkinkan para pekerja untuk bekerja kapan pun dan di mana pun. Tugas-tugas yang sebelumnya harus diselesaikan di kantor sekarang bisa diotomasi dan dilakukan dari jarak jauh.
Di era ini, fleksibilitas menjadi nilai tambah yang besar. Karyawan tidak lagi dinilai hanya berdasarkan kehadiran fisik mereka di kantor, melainkan dari seberapa baik mereka dapat mengelola waktu dan menyelesaikan tugas.

AI juga mendukung fleksibilitas ini dengan menyediakan alat-alat yang dapat mempermudah komunikasi, pengaturan jadwal, hingga pelaporan pekerjaan secara otomatis. Fleksibilitas ini membuka jalan bagi diversifikasi tenaga kerja, memungkinkan lebih banyak orang untuk terlibat dalam pasar kerja tanpa batasan geografis.

 

Fleksibilitas menjadi keunggulan utama di era kerja berbasis AI. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik
Fleksibilitas menjadi keunggulan utama di era kerja berbasis AI. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik

#4. Penilaian Pekerjaan Berdasarkan Nilai Tambah, Bukan Hanya Posisi

Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, penilaian terhadap pekerjaan juga berubah. Bukan lagi soal posisi atau jabatan yang menjadi tolok ukur utama, melainkan nilai tambah yang bisa diberikan oleh seseorang.

AI mempermudah identifikasi pekerja yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap hasil akhir, bukan hanya yang menempati posisi tinggi.

Misalnya, perusahaan dapat menggunakan algoritma untuk menilai kinerja karyawan secara lebih objektif, berdasarkan hasil dan kontribusi nyata mereka. Ini mendorong budaya kerja yang lebih adil, di mana penghargaan diberikan berdasarkan kinerja sebenarnya, bukan sekadar senioritas atau posisi dalam hierarki perusahaan.

Di satu sisi, ini bisa memberikan kesempatan bagi karyawan junior untuk menonjol lebih cepat. Di sisi lain, bagi mereka yang terbiasa dengan sistem hierarkis, ini mungkin menjadi tantangan baru.

Seperti yang dikatakan oleh Drucker, "What gets measured, gets managed." ("Apa yang diukur, itu yang dikelola.")

Jadi, pastikan Anda memberi nilai tambah yang dapat diukur, bukan sekadar hadir di ruang kerja.

 

AI menilai berdasarkan kontribusi, bukan hanya posisi jabatan. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik
AI menilai berdasarkan kontribusi, bukan hanya posisi jabatan. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik

***

Kita hidup di zaman yang sangat dinamis, di mana AI secara perlahan tapi pasti mengubah cara kita mendefinisikan pekerjaan. Tetapi, ini bukan berarti kita harus merasa terancam. Sebaliknya, kita harus melihat AI sebagai alat bantu yang dapat meningkatkan produktivitas, mendorong kolaborasi, memberikan fleksibilitas, dan memungkinkan penilaian kinerja yang lebih adil.

Dengan begitu, masa depan dunia kerja bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan penuh peluang baru. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan ini dan memanfaatkan teknologi sebaik mungkin untuk mengembangkan kemampuan yang tidak dapat diotomasi.

So, are you ready to redefine your work value with AI?

Maturnuwun,

Growthmedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun