Mengapa ini dilakukan? Karena upaya pengembangan karakter tidak cukup melalui materi pelajaran di kelas saja. Sehingga digagaslah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang mengutamakan nilai-nilai seperti Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia; Berkebhinekaan Global; Bergotong Royong; Mandiri; Kreatif; Bernalar Kritis.
Hal ini merupakan projek lintas disiplin ilmu yang kontekstual terhadap kebutuhan masyarakat atau permasalahan-permasalahan di sekitar lingkungan sekolah. Karena bagaimanapun juga siswa harus merasakan langsung hidup dalam masyarakat, bukan sebatas memandangi dari luarnya.
Projek ini sangat mungkin melibatkan elemen masyarakat luar sekolah untuk terlibat langsung dalam kegiatan, termasuk orang tua bisa turut andil didalamnya.
Pendidikan Kolaborasi
Kepala Badan Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Anindito Utomo, mengatakan bahwa kunci sukses dari penerapan Kurikulum Merdeka adalah refleksi.
Semua pihak yang terlibat dalam komunitas belajar bisa saling memberikan feedback atas peran sertanya masing-masing.
Daniel Goleman dalam bukunya, Focus, menyatakan bahwa upaya mencapai kualitas terbaik dari sebuah keterampilan adalah keberadaan feeback yang dirangkai dengan implementasi konsisten berdasarkan kaidah 10.000 jam.
Implementasi Kurikulum Merdeka hanya akan optimal manakala para stakeholder bisa saling berkolaborasi memberikan feedback terhadap rangkaian aktivitas pembelajaran demi menopang upaya perbaikan berkesinambungan.
Pendidikan kolaborasi ini adalah tentang bergerak selaras dan seirama dari semua member komunitas belajar seperti guru, orang tua, hingga pemerhati pendidikan agar saling memberi masukan.
Meskipun terlihat sebagai sesuatu yang baru, Kurikulum Merdeka sejatinya memiliki beragam fasilitas yang memudahkan para guru untuk mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam mengajar.