Hari itu seorang rekan mencak-mencak mengumbar amarah sebagai tanda ketidakpuasan dirinya terhadap pekerjaan yang ia jalani. Ia berkeluh kesah perihal profesi kerjanya sebagai seorang staf administrasi perusahaan yang terkesan diperlakukan tidak adil oleh tempat kerjanya.
Ketika rekan kerja yang berposisi sebagai operator lapangan mendapatkan kesempatan untuk diangkat menjadi karyawan tetap ia justru sebaliknya. Bagi perusahaan tempat dirinya bekerja, status staf administrasi tidak begitu strategis sehingga tidak perlu "dipagari" dengan status karyawan tetap selayaknya operator lapangan yang mengurusi ranah teknis pekerjaan.
Staf administrasi hanya berfungsi sebagai "tukang input" yang dengan mudah diganti oleh orang lain apabila sewaktu-waktu diperlukan. Pelatihan yang diberikan juga "sedang-sedang saja" dan umumnya tidak membutuhkan waktu lama.
Berbeda halnya dengan operator lapangan yang bertugas mengurusi langsung pekerjaan operasional. Yang menjalankan teknis pekerjaan. Sehingga perannya dirasa lebih krusial dan menentukan lancar tidaknya proses di suatu unit bisnis.
Maka wajar kiranya apabila seorang operator lapangan lebih dikedepankan untuk mendapatkan kesempatan sebagai karyawan tetap. Sementara bagi staf administrasi untuk memperoleh kesempatan serupa memerlukan keajaiban yang luar biasa.
Padahal kalau ditilik lebih jauh level pekerja sebagai staf administrasi dan operator lapangan terbilang setara. Bahkan di beberapa perusahaan tertentu status staf lebih mentereng, meski mungkin masih tetap kalah dalam hal kesempatan mendapatkan upah lembur.
Anak Tiri vs Anak Kesayangan
Perlakuan berbeda semacam ini seperti menjadi suatu penegasan bahwa status staf administrasi hanyalah anak tiri yang dengan mudahnya diabaikan, dilupakan, dipinggirkan. Mereka kurang dianggap penting.
Apalagi dalam situasi "normal" juga tidak ada perlakuan yang istimewa diterima oleh staf administrasi selain hanya proporsi waktu yang lebih banyak dihabiskan di ruangan ber-AC. Berbeda halnya dengan operator lapangan yang mesti berpanas-panasan dengan kondisi pekerjaan.
Terlepas apapun dalih yang diutarakan untuk lebih mengedepankan operator lapangan dibandingkan staf administrasi untuk mendapatkan status sebagai karyawan tetap, seharusnya setiap orang mendapatkan kesempatan serupa tanpa pilih kasih status profesinya sebagai siapa.
Tugas administrasi memang sepele, akan tetapi itu bukanlah legitimasi untuk mengabaikan orang-orang yang berada disana bukan sebagai bagian penting dari organisasi itu sendiri.
Bagaimanapun juga setiap pekerja level operator ataupun staf administrasi yang sebelumnya berstatus kontrak memiliki harapan untuk naik status sebagai pekerja tetap. Sehingga memprioritaskan salah satu namun mengabaikan salah lainnya terasa sangat tidak adil.
Terkecuali mungkin bagi si staf administrasi diberikan benefit lebih khususnya secara finansial yang meskipun ia tidak berkesempatan menjadi karyawan tetap tetapi masih ada hal lain yang bisa disyukuri dari jabatan pekerjaannya sebagai staf administrasi.
Perlakuan membedakan antara staf administrasi dan operator lapangan mungkin menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan. Dan hal itu bukan tidak mungkin diberlakukan sebagai aturan keras yang memberikan pilihan kepada karyawan untuk mau menerima hal itu sebagai kebijakan perusahaan atau pindah kerja ke tempat lain yang mungkin bisa memberikan kesempatan lebih baik.
Namun apakah selalu seperti itu perlakuan perusahaan kepada pekerjanya? Sedangkan karyawan sejatinya merupakan aset paling berhaga yang sebisa mungkin harus dijaga.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H