Era digital memang menawarkan banyak hal kepada kita selaku penggunanya. Memberikan kita ruang baru sekaligus kesempatan untuk mengkreasi sesuatu yang berbeda daripada sebelumnya. Dan hal inipun pada akhirnya juga memunculkan semakin banyaknya pilihan karya untuk dinikmati. Mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Mulai dari yang murah meriah sampai dengan yang berkelas mewah.
Namun, dibalik itu semua ternyata kondisi tersebut justru semakin memicu rasa "semena-sema" dari para pengguna karya, pemakai produk. Dan itu berarti kita juga. Kita menjadi lebih ingin produk yang beraneka ragam wujud serta bentuknya. Bahkan kalau bisa kita ingin memiliki tampilan depan versi A, tampilan samping versi B, tampilan belakang versi C, dan seterusnya.
Kustominasi seperti menjadi suatu keharusan untuk dipenuhi oleh para penyedia produk dan layanan. Tuntutan untuk menjadi "multi" adalah kemampuan yang mau tidak mau harus dipenuhi apabila tidak ingin ditinggalkan oleh pelanggan. Selera pasar benar-benar berkuasa. Barangsiapa yang tidak terima dengan realitas itu maka harus siap-siap menepi dari persaingan.
Sehingga setiap pelaku bisnis berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan fleksibilitasnya. Yang memungkinkan mereka untuk dengan cepat memenuhi keinginan dari berbagai versi dalam waktu singkat. Karena bagaimanapun juga salah satu hambatan terbesar didalam aktivitas operasional bisnis adalah menyangkut changeover.
Semakin sering changeover terjadi maka akan semakin banyak waktu produktif yang terbuang. Dalam bahasa teknis hal ini dikenal dengan istilah availabilitas (availability).
Tantangan Penjadwalan Produksi
Kondisi semacam ini tentunya juga akan menjadi tantangan tersendiri bagi para eksekutor "dibalik layar" yang bertugas untuk menjadwalkan produksi barang-barang kebutuhan yang diinginkan oleh user tersebut. Penjadwalan produksi (production scheduling) akan berjalan dengan begitu dinamis seiring dinamika permintaan yang beraneka ragam itu.
Sementara disisi lain tentunya aspek operasional tidak boleh begitu saja diabaikan demi "sekadar" memuaskan kebutuhan user. Harus ada "titik temu" yang sama-sama menguntungkan bagi kepentingan pengguna dan juga sisi operasional.
Bagaimanapun juga sebuah keuntungan dari aktivitas bisnis tidak bisa digantungkan hanya pada besarnya angka penjualan semata, melainkan juga dari sisi biaya yang diperlukan untuk menunjang penjualan tersebut.
Oleh karena itu, perihal aktivitas operasional tetap memerlukan peninjauan secara berkala agar bisa berjalan dengan lebih produktif dan efisien. Sebagai contoh, untuk produk-produk yang memiliki permintaan dengan tingkat kustomisasi cukup tinggi haruslah disiasati dengan menyiapkan produk setengah jadi yang selalu sigap untuk menunjang hal itu.