Meskipun bertujuan untuk menjaga ketersediaan stok secara terus-menerus, strategi MTS tidak serta merta membuat proses produksi harus dijadwalkan beroperasi tanpa henti. Adakalanya juga untuk dilakukan penyesuaian apabila level stok yang diinginkan sudah tercapai.
Misalnya suatu item produk mempunyai level stok 150 unit. Ketika level stok di gudang masih belum menyentuh angka tersebut maka produksi akan terus dijadwalkan beroperasi. Bisa jadi meskipun produksi dilakukan setiap hari tapi ada penjualan barang juga setiap harinya. Apabila dalam satu hari kerja sebuah proses produksi mampu menghasilkan 75 unit produk maka diperlukan waktu 2 hari untuk memenuhi level stok yang diminta.
Akan tetapi, ketika setiap harinya ada pengeluaran produk dengan jumlah 25 unit tentu waktu 2 hari tidak akan cukup. Produksi akan dijadwalkan lebih lama ketika angka penjualan barangnya terus "menggerus" level stok yang ada. Ini untuk satu jenis produk saja. Jikalau varian produknya lebih dari satu maka kompleksitas perlakuannya akan meningkat. Terlebih jikalau hal itu hanya di-cover oleh satu alat bantu/mesin produksi saja.
Penjadwalan produksi akan mulai menemukan dilema tatkala terdapat 2 atau lebih produk yang saling "bersaing" untuk dipenuhi level stoknya. Memilih salah satu tentu bukanlah cara terbaik untuk memenuhi permintaan produk dari sebuah bisnis. Sehingga perlu ada persiapan untuk mengantisipasi terjadinya hal ini.
Oleh karena itulah perihal penjadwalan produksi ini juga memiliki keterkaitan dengan rencana produksi agregat atau agregate planning. Yang mana hal itu nantinya akan memungkinkan kita untuk membaca estimasi kebutuhan atas sumber daya yang dimiliki saat ini apakah sudah mampu men-cover permintaan atau tidak.
Apakah perlu melakukan investasi sumber daya baru seperti menambah mesin, merekrut pekerja, ataukah cukup dengan menambah jam kerja saja, mengatur level stok produk, dan lain-lain.
Mendesain Level Stok
Penentuan level stok bisa berbeda satu sama lain antar setiap pelaku bisnis. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah membaca laju pergerakan produk dalam setiap periode waktu tertentu. Terkadang ada hari-hari dimana penjualan terjadi cukup banyak. Sedangkan pada hari-hari yang lain relatif sepi.
Dinamika ini perlu diolah sedemikian rupa sehingga bisa dibaca polanya. Yang pada akhirnya memungkinkan kita untuk melihat pada level berapakah stok suatu barang berapa pada titik optimalnya. Tidak terlalu sedikit, namun juga tidak kebanyakan.
Stok yang ada mampu mencukupi kebutuhan sampai dijadwalkannya produksi selanjutnya. Disisi lain stok tersebut juga tidak butuh waktu lama mengendap di ruang penyimpanan.
Pendekatan harus dilakukan satu per satu untuk setiap jenis produk mengingat karakteristiknya yang berbeda juga satu sama lain. Mau tidak mau hal ini memang harus dilakukan apabila ingin memastikan perlakuan yang sesuai untuk masing-masing jenis produk, yang pada akhirnya akan berdampak juga pada pola penjadwalan yang dilakukan.