Jangan banyak berkhayal. Demikian nasihat yang mungkin sering kita dengarkan dari orang-orang bijak. Bahkan agama pun meminta kita untuk tidak banyak berkhayal karena hal itu bisa menggelapkan hati.Â
Tuntunan ini sudah cukup sering disampaikan melalui kitab-kitab cendekiawan di masa lalu serta juga sering terlontar dari lisan para guru-guru kita.
Banyak berkhayal memiliki implikasi negatif diantaranya :
- Menjadikan seseorang menjadi hilang rasa syukur
- Mengeluh dan kurang menerima kondisi diri
- Tidak senang dengan raihan prestasi orang lain
- Rentan menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan
- Mengutuk diri sendiri atas ketidakberdayaan memiliki sesuatu Â
Tapi disisi lain barangkali kita cukup sering mendengarkan nasihat dari pakar motivasi perihal pentingnya mengangankan sesuatu yang ingin kita raih.Â
Membayangkan hal-hal indah yang ingin kita dapatkan seolah-olah hal itu benar-benar ada dalam kehidupan kita saat ini. Hal ini merupakan teknik visualisasi yang memungkinkan seseorang untuk melihat dan merasakan lebih dekat sesuatu yang belum ada pada dirinya.
Jika ditilik sekilas hal itu sebenarnya lebih mirip dengan berkhayal. Dengan kata lain, bukankah para pakar motivasi tersebut sudah meminta kita untuk memperbanyak berkhayal? Apakah ini tidak berseberangan dengan nasihat orang-orang bijak terdahulu?
Teknis memvisualkan sesuatu merupakan bagian dari deklarasi impian yang dimiliki oleh seseorang. Dan impian merupakan tahap pertama dan paling penting untuk menentukan arah perjalanan hidup seseorang pada masa mendatang.Â
Impian memungkinkan kita untuk menentukan kemana arah dan tujuan dari perjalanan hidup saat ini. Apa yang ingnin kita raih dan apa yang hendak kita wujudkan di kemudian hari.