Meskipun sudah meninggal dunia tahun 2005 yang lalu, sosok pengusaha sukses nan dermawan Akidi Tio belakangan namanya ramai diperbincangkan. Gegaranya apalagi kalau bukan terkait pemberian bantuan penanggulangan COVID-19 yang nominalnya sangat wah, 2 triliun rupiah alias 2 T. Publik pun beramai-ramai mencari informasi perihal siapa gerangan sosok tersebut yang begitu baik hati meringankan beban pemerintah.
Tapi apa lacur ternyata sumbangan 2 T itu justru menjadi kontroversi yang berbuntut panjang. Dana sumbangan yang tidak kunjung cair menjadikan peristiwa yang awalnya penuh suka cita itu kini justru menjadi kasus hukum baru. Si pewaris tahta mendiang Akidi Tio, Heryanti Tio, konon kabarnya telah ditetapkan sebagai tersangka "prank" sumbangan palsu. Siapa korbannya? Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) Irjen Polisi Eko Indra Heri, selaku yang mewakili penerimaan hibah 2 T dari keluarga Akidi Tio.
Pada awal drama pemberian dana sumbangan 2 T yang diberikan secara simbolik dalam bentuk bilyet giro itu memang terlihat begitu luar biasa. Sebuah aksi kebaikan yang disaksikan jutaan pasang mata. Apalagi oleh "tangan kiri" pihak keluarga Akidi Tio pastinya juga bisa melihat hal itu.
Barangkali kita sudah sangat familiar dengan petuah kalau memberi sesuatu sebisa mungkin jangan diketahui oleh orang lain. Bahkan sebisa mungkin pada saat tangan kanan memberi maka tangan kiri jangan sampai tahu. Sebuah nasihat yang mengisyaratkan bahwa terkadang aksi kebaikan itu tidak perlu diumbar ke hadapan publik.
Terlebih ketika dulu mendiang Akidi Tio masih hidup beliau memang juga dikenal sebagai dermawan. Hanya saja kebanyakan aksi beliau itu disamarkan atas nama hamba tuhan. Paling tidak, itulah yang disampaikan oleh Prof Hardi Darmawan saat berbicara kepada Dahlan Iskan.
Bertahun-tahun selepas Akidi Tio tiada tiba-tiba ada aksi heroik keturunannya yang memberikan sumbangan senilai 2 T dengan gagap gempita. Beritanya heboh kemana-mana. Sanjungan dan puja-puji dialamatkan kepada orang-orang yang dengan gagah menjadi pahlawan ditengah pandemi. Tapi sayangnya kelanjutan ceritanya justru membikin geleng-geleng kepala. Dananya ternyata tidak ada. Setidaknya, sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa uang senilai 2 T itu akan benar-benar cair.
Sampai-sampai Bapak Kapolda Sumsel merasa perlu meminta maaf atas kegaduhan yang melibatkan korpsnya tersebut. Meskipun sebenarnya beliau dan jajarannya tidak bisa dibilang bersalah.
Drama sumbangan fiktif 2 T ini sebenarnya menjadi pelajaran penting bagi kita semua bahwa terkadang menjadi anonim itu lebih baik ketimbang tampil di depan khalayak tapi justru menciptakan kegaduhan. Kalau sudah begini yang terjadi maka nama keluarga Akidi Tio pasti akan tercoreng.
Barangkali memang menampilkan kebaikan dihadapan orang banyak bisa menjadi pelecut yang lain agar turut mengikuti aksi kebaikan serupa. Hanya jika hal itu dilakukan secara bertanggung jawab.
Salam hangat,