Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Air Mata, Hak Bersedih, dan Hikmah di Balik Sebuah Tangisan

29 Juli 2021   22:25 Diperbarui: 4 Agustus 2021   09:00 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terkadang seseorang butuh waktu untuk menangis agar merasa lebih tenang menyikapi keadaan. | (Suumber: thoroughlyreviewed.com (Creative Common) via kompas.com 

Saat membaca topik mengenai Toxic Positivity entah mengapa saya langsung teringat dengan sebuah lagu yang dibawakan oleh grup band legendaris Indonesia, Dewa 19, yang berjudul Air Mata. 

Lagu yang merupakan salah satu single hit pada album Cintailah Cinta dan merupakan album kedua Dewa 19 bersama vokalis barunya kala itu, Elfonda Mekel alias Once. 

Lirik lagu air mata itu seolah ingin memberikan persetujuannya bahwa setiap orang pun berhak untuk menagisi kesedihannya.

Lirik yang terdapat pada lagu ini sepertinya cukup bisa merepresentasikan terkait seperti apa perasaan kita tatkala menghadapi situasi yang sulit. 

Mungkin kita harus tegar dalam menghadapi terpaan ujian dan juga cobaan. Namun adakalanya kita juga bisa merasa begitu rapuh dan tidak kuat menanggung semua beban. Terkadang kita pun perlu untuk "berhikmat" dengan kesedihan yang menerpa kita.

Air mata yang telah jatuh membasahi bumi
Takkan sanggup menghapus penyesalan
Penyesalan yang kini ada jadi tak berarti
Karena waktu yang bengis terus pergi

Menangislah bila harus menangis
Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka
Manusia pasti menangis
Dan manusia pun bisa mengambil hikmah

Senang adalah bagian dari kehidupan. Begitupun sedih juga merupakan bagian dari kehidupan. Barangkali kita terdorong untuk memberikan semangat atau sekadar menghibur orang lain yang mengalami kondisi yang tidak diinginkan untuk bersabar dan tegar menerima keadaannya.

Dan tidak jarang orang-orang di sekitar kita pun juga berlaku demikian saat mengetahui bahwa kita tengah berada dalam situasi yang kurang mengenakkan. 

Sikap semacam itu memang bisa dibilang perlu dan penting. Hanya saja setiap orang juga berhak untuk mendapatkan jeda merasakan situasi yang tidak membuatnya nyaman tersebut.

Seseorang yang bersedih berhak untuk menangis. Demikian pula seseorang yang merasa terpuruk berhak untuk merenungi keterpurukannya. Akan tetapi saat-saat "melankolis" tersebut tetaplah tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan membawa seseorang terjerumus terlalu dalam. 

Seperti halnya yang dikatakan oleh Bang Haji Rhoma Irama dalam salah satu lirik lagu beliau, "Merana boleh merana, serananya saja. Berduka boleh berduka, sedukanya saja.".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun