Apakah anggapan bahwa pekerjaan tidak semestinya mengalahkan kepentingan keluarga merupakan sesuatu yang salah?Â
Apabila pekerjaan itu memiliki maksud untuk kemaslahatan khalayak yang lebih luas, maka anggapan tersebut seharusnya tidak salah. Hanya saja pemahaman itu tidak serta merta dipaksakan kepada orang lain. Karena bagaimana pun juga ada kadar pemahaman yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.
Pekerjaan yang kita jalani memang bagian dari ibadah apalagi ketika hal itu dimaksudkan untuk menafkahi keluarga. Memberikan perhatian bagi keluarga seperti bersenda gurau dengan anak istri pun adalah bagian dari ibadah. Memberikan mereka perhatian kepada keluarga merupakan sesuatu yang memiliki nilai mulia.
Sebuah pekerjaan sebenarnya memiliki sisi luar biasa sebagai bentuk pengabdian kita untuk kepentingan orang banyak. Profesi yang kita jalani umumnya memberikan nilai manfaat kepada orang lain.Â
Produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan umumnya juga berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan khalayak luas. Produk-produk makanan membantu menghilangkan lapar yang dirasakan oleh orang lain. Demikian halnya dengan produk-produk minuman, pakaian, kendaraan, dan sebagainya.
Belum lagi para pekerja yang tercukupi oleh profesinya. Sehingga mengutamakan pekerjaan pun ternyata memiliki sisi manfaat yang sangat besar bagi orang lain. Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi situasi ini?
Implementasi Proporsional
Yang bisa dilakukan sekarang adalah bersikap secara proporsional terhadap anggapan bahwa pekerjaan atau keluarga yang lebih utama satu sama lain. Tidak bisa setiap saat kita mengabaikan urusan pekerjaan dengan dalih ada keperluan keluarga. Mengingat urusan keluarga dalam beberapa keadaan semestinya bisa direncananakan dan disesuaikan.Â
Jikalau memang ada urusan pekerjaan yang penting dan perihal keluarga bisa menolerir maka alangkah baiknya apabila pekerjaan yang ada dituntaskan terlebih dahulu.
Namun ini bukan berarti bahwa pekerjaan dengan semena-mena mengambil porsi bagi keluarga sehingga urusan keluarga harus selalu mengalah. Apalagi durasi waktu kita di pekerjaan umumnya lebih lama ketimbang waktu kebersamaan dengan keluarga, 8 jam sehari dan 5 atau 6 hari seminggu.Â