Teknologi sudah menjamah hampir seluruh aspek kehidupan. Segala kegiatan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi senantiasa terpaut dengan sesuatu yang bernama teknologi. Mulai dari teknologi yang sifatnya sederhana hingga yang paling kompleks sekalipun kini dengan mudahnya kita jumpai di sekitar kita. Mungkin kita yang hidup di generasi ini patut bersyukur karena dipertemukan dengan sebuah peradaban maju dimana teknologi yang menjadi salah satu motor penggeraknya.Â
Bagaimanapun juga peradaban manusia sejak awal mula keberadaannya senantiasa berupaya untuk terus berkembang dan memperbaiki diri. Dan saat ini kita sepertinya sudah cukup familiar dengan istilah industry 4.0, sebuah istilah yang dipakai untuk menggambarkan peran pemanfaatan teknologi dalam taraf lebih lanjut. Yang mana hal ini sekaligus menunjukkan bahwa teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan peradaban itu sendiri.
"Peradaban teknologi seharusnya menjadikan kita pribadi yang beradab, bukan biadab."
Kita harus mengakui betapa besar peran teknologi dalam menunjang segala aktivitas di era modern ini. Tapi ada sisi lain yang mengiringi keberadaan dan kemajuan teknologi itu sendiri, yaitu keberadaan sekelompok orang yang justru menjadikannya daya dukung dalam aksi yang tidak bertanggung jawab. Kita bisa melihat cukup banyak kasus prositusi terselubung yang memanfaatkan media sosial, atau kasus pencurian berbasis digital, atau penipuan dengan kedok kenalan melalui situs pertemenan, dan lain sebagainya.
 Peradaban teknologi ternyata tidak serta merta membuat kita memperbaiki sikap dan perilaku. Justru sebaliknya ada segelintir orang yang mengalami keterpurukan moral dan menjadi pribadi yang kehilangan adab. Peradaban teknologi seharusnya bisa menebarkan nilai manfaat yang lebih besar kepada khalayak luas, bukan sebaliknya justru membuat kita kehilangan adab sebagai pelaku peradaban.
"Rasa Tidak Nyaman" dalam Peradaban Teknologi
Sungguh miris sebenarnya membaca pemberitaan dimana umpatan, makian, sindiran, dan cacian bergentayangan menghiasi jagat dunia maya. Ketika ketidaksetujuan justru berujung pada pembunuhan karakter seseorang hal itu seperti menunjukkan bahwa kita belum siap menerima anugerah teknologi, yang dalam hal ini adalah teknologi informasi. Sikap kehilangan adab yang digerakkan oleh sekelompok orang tertentu dengan menentang kubu seberang melalui narasi pembunuhan karakter pribadi jelas-jelas tidak menggambarkan tentang sebuah bangsa yang beradab.Â
Cukup disesalkan tatkala sosok sekaliber Kwik Kian Gie yang melontarkan argumentasi alternatif dari sudut pandangnya sebagai salah satu pakar ekonomi justru membuatnya berada pada "Ketakutan" merilis opini. Meskipun belakangan istilah "Ketakutan" itu beliau revisi dengan sebutan "Rasa Tidak Nyaman" seiring dengan perkataan-pernyataan kotor yang dilayangkan kepada beliau. Begitupun dengan beberapa narasi bernada kritikan lain kerapkali berakhir dengan serangan dari sekelompok orang yang merasa paling tahu dan paling benar pandangannya.
Ketika beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pernyataan yang meminta masyarakat agar lebih aktif dalam menyampaikan kritik dan masukan hal itu seharusnya menciptakan kelegaan kepada orang-orang diluar lingkar kekuasaan, atau setidaknya mereka yang bukan simpatisan "orang dalam" untuk lebih lepas dalam memberikan tanggapan sebagaimana yang bapak presiden maksud. Tapi jangan sampai pernyataan presiden tersebut hanya menjadi formalitas semata sementara orang-orang diluar sana masih dengan seenaknya mencerca, menghina, atau memvonis bersalah orang lain.Â
Apalagi perkembangan teknologi sangat memungkinkan seseorang untuk melayangkan itu semua dari kejauhan sehingga mereka merasa lebih bebas dalam bertindak. Memang ada UU ITE, tapi kenyataannya cukup banyak narasi pembunuhan karakter yang tidak tersentuh olehnya. Seandainya peraturan tersebut benar-benar berfungsi maka "Rasa Tidak Nyaman" yang dirasakan oleh Kwik Kian Gie tidak akan pernah terjadi.
Pada akhirnya teknologi memang memiliki andil penting dalam membangun suatu peradaban. Teknologi seharusnya juga menjadikan kita lebih beradab, bukan malah sebaliknya. Teknologi telah memungkinkan kita untuk melakukan banyak hal dengan lebih mudah. Namun itu tidak berarti menjadikan kita berbuat dengan semena-mena. Peradaban teknologi seharusnya membuat kita lebih beradab, bukan biadab.
Â
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H