Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Akhir Perjalanan Pekerja Andalan, Beban Berat atau Tantangan Hebat?

28 Januari 2021   11:38 Diperbarui: 28 Januari 2021   12:16 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.unjspf.org

Kita baru saja kehilangan sosok hebat yang membidani cikal bakal lahirnya bumbu mie instan dalam kemasan yang begitu populer bagi seluruh kalangan. Ibu Nunuk Nuraini, peracik bumbu Indomie yang legendaris itu harus berpulang kehadirat Sang Mahakuasa untuk selama-lamanya. 

Pengabdiannya bagi perusahaan yang hampir menginjak waktu 30 tahun tentu bukanlah prestasi yang main-main. Terbukti hasil karyanya telah menjadi buah bibir dimasyarakat bahkan sudah mendunia. 

Bagi perusahaan yang mempekerjakan sosok Ibu Nunuk Nuraini pastilah akan merasakan kehilangan besar. Ditinggal seorang pekerja handal yang selama bertahun-tahun menjadi andalan untuk mengkreasi hal hebat bagi perusahaan.

"Ada masanya ketika seseorang harus mengakhiri masa tugasnya. Mungkin karena ikatan kontrak, batasan usia, atau karena dipanggil sang pencipta. Tapi ketika yang lama berlalu, maka munculah yang baru dengan gairah dan semangat yang baru. Menjadikan yang lama sebagai bekal pembelajran, tapi tetap bervisi kedepan dengan keyakinan dirinya sendiri." 

Meskipun pergantian orang-orang dalam pekerjaan merupakan suatu keniscayaan, akan tetapi ada beberapa orang tertentu yang ternyata begitu besar pengaruhnya bagi organisasi. 

Ketika sebagian orang relatif mudah digantikan, ada juga sebagian orang yang lain dengan segala atribut keunikan yang dimilikinya teramat sulit untuk dicari penggantinya. Entah itu dari sisi loyalitas, kapasitas, ataupun kualitas. Beberapa orang ini memiliki tipikal khas yang barangkali untuk menjadi seperti dirinya butuh waktu tidak sebentar, selain dari gairah diri (passion) yang mungkin juga berbeda.

CEO Apple, Tim Cook, pastilah bukan orang sembarangan. Tapi untuk menggantikan peran Steve Jobs rasa-rasanya sulit atau mustahil dilakukan. Ada keunikah "ala" Steve Jobs yang mungkin tidak akan pernah bisa ditiru oleh orang lain. Termasuk oleh Tim Cook sekalipun. 

Demikian halnya dengan Nunuk Nuraini, orang lain mungkin bisa mengikuti jejak menggantikan dan menjalankan tugas almarhumah sebagai peracik bumbu khas Indomie. Teknologi pun barangkali masih bisa membantu proses duplikasi resep bumbu yang pernah beliau racik bertahun-tahun lalu sehingga mie instan tersebut mampu terus berkembang seperti sekarang. 

Tapi akankah ada orang lain dengan selera, kecapan lidah, dan kreativitas setara beliau? Mungkin saja ada, tapi mungkin juga tidak. Tapi yang pasti akan menjadi sebuah tugas berat bagi manajemen perusahaan untuk menemukan sosok pengganti dari mereka yang tidak lagi mengemban tugasnya.

Antara Beban dan Tantangan 

Pihak manajemen perusahaan bisa jadi akan dibuat sedikit pusing. Tapi bagaimanapun juga mereka punya standar prosedur yang memungkinkannya untuk menunjuk orang lain sebagai pengganti yang dinilai memiliki kemampuan serupa. Sebuah proses lumrah ketika ada yang purna tugas maka sosok lain akan menggantikan tugas dari yang bersangkutan. 

Permasalahannya adalah apakah sosok yang ditunjuk sebagai pengganti itu akan menganggapnya sebagai beban atau justru merasa hal itu sebagai tantangan? Orang-orang yang sudah nyaman dan familiar dengan cara kerja orang lama yang purna tugas tentu akan memiliki kecenderungan membandingkan hasil pekerjaan sosok penggantinya. 

Syukur-syukur kalau misalnya disebut membuat langkah kebijakan yang lebih baik. Akan tetapi ketika situasi menunjukkan yang sebaliknya maka sepertinya tekanan yang dirasakan akan semakin berlipat ganda.

Apple dengan iPhone memang masih luar biasa. Tapi tidakkah para penggemar berat brand tersebut merasakan ada perbedaan saat dalam kendali Steve Jobs dibandingkan ketika sudah diambil alih oleh Tim Cook? Pastinya ada. 

Beberapa perusahaan bahkan sampai harus menunda masa pensiun dari beberapa pekerja yang dianggapnya memiliki kapasitas luar biasa. Alasannya karena belum menemukan sosok pengganti dengan kemampuan setara atau setidaknya yang mendekatinya. 

Namun ketika kasusnya adalah sosok andalan tersebut meninggal dunia sebagaimana halnya Nunuk Nuraini maka tidak ada lagi opsi bagi perusahaan untuk memperpanjang masa tugas. Mau tidak mau mereka harus menunjuk orang lain sebagai pengganti untuk melanjutkan tongkat estafet penugasan.

Sekarang tinggal bagaimana mereka yang ditunjuk sebagai pengganti itu membuktikan diri bahwa mereka memang layak untuk mengemban tugas tersebut. Menggantikan seorang legenda jelaslah tidak akan semudah mengganti orang biasa. Standar yang harus dicapai tentu akan lebih tinggi dari biasanya. Tapi kuncinya sebenarnya adalah tentang bagaimana seseorang menjadi dirinya sendiri. 

Tidak perlu berupaya menjadi sosok yang sama dengan orang yang digantikan. Setiap orang memiliki karakter khas yang membedakannya dengan orang lain. Sehingga dengan karakter tersebut semestinya bisa menjadi daya dukung seseorang untuk berbuat sesuatu yang luar biasa bagi dirinya ataupun organisasi tempatnya bernaung.

***

Dunia sepakbola dulu mengenal sosok Ronaldinho sebagai si monor 10 FC Barcelona yang luar biasa. Bahkan mendiang Kobe Bryant pun mengakui bahwa Ronaldinho adalah sosok pesepakbola hebat pada masanya. 

Namun Dinho yang saat itu tengah dalam masa keemasan justru berkata bahwa ada sosok pemuda yang kelak akan melampauinya. Dialah Lionel Messi. Si nomor 10 FC Barcelona setelah Ronaldinho yang telah meraih penghargaan sebagai pemain terbaik dunia enam kali. Sementara Ronaldinho "hanya" dua kali. Mengapa Messi bisa? Karena ia menjadi dirinya sendiri. Ia tidak menjadikan nomor 10 sebagai beban berat, melainkan sebagai tantangan hebat yang justru berhasil membawanya menjadi pemain sepakbola terbaik di dunia.

 

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi:
[1]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun