Mungkin bisa dibilang ironi bagi umat Islam Indonesia tatkala baru-baru ini dengan semena-mena dinarasikan sebagai agama pendatang yang arogan. Sementara jejak perjalanan Islam sendiri sebenarnya jauh sekali dari tudingan semacam itu.Â
Nahasnya, seseorang yang dengan senak udelnya mengumbar pernyataan seperti itu justru terkesan biasa-biasa saja tanpa rasa bersalah sama sekali. Bahkan ia menyebut dirinya sendiri sebagai Islam, meski klaim tersebut barangkali masih patut dipertanyakan.Â
Beberapa kalangan yang merasa bahwa Islam cenderung didiskreditkan mungkin lebih lantang dalam bersuara. Sehingga akibatnya seperti tercipta jurang pemisah antara umat Islam dengan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Sementara Indonesia sendiri diakui sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.Â
Tapi sayangnya besaran angka tidaklah berbanding lurus dengan keharmonisan yang semestinya tercipta sebagaimana agama Islam sebagai rahmatallil'alamin. Tentu masalahnya bukan pada agamanya, tapi lebih kepada manusianya yang lebih lantang mengumbar emosi ketimbang mengedepankan pendekatan hati.
"Jika pemanfaatan dana umat memang diperuntukkan bagi rakyat tentunya itu lebih baik. Namun pemerintah hendaknya memperhatikan umat yang berada dibalik keberadaan dana itu serta memperhatikan keluhannya perihal pendiskreditan agamanya."Â
Entah apa gerangan yang terjadi beberapa tahun belakangan dimana agama Islam terus-menerus dikaitkan dalam pusaran konflik kekuasaan. Apakah ada orang-orang yang lantas merasa paling paham Islam sehingga lantas berlagak paling tahu agama dan menghakimi orang lain? Ataukah ada orang-orang yang sedikit tahu Islam tapi kemudian melakukan generalisasi terhadap banyak hal atas dasar pengetahuannya yang sedikit itu?Â
Menentukan manakah pihak yang benar dan mana pihak yang salah sepertinya tidaklah mudah. Apalagi ada kesan terjadi benturan antara umat Islam dengan pemerintah.Â
Padahal di pemerintahan sendiri banyak di antaranya yang merupakan bagian dari umat Islam juga. Sehingga kurang tepat kiranya apabila dikatakan Islam versus pemerintah. Justru yang tengah terjadi adalah konflik antar sesama umat Islam dalam balutan hubungan bernegara yang dikompori oleh sekelompok orang tidak tahu diri.
Namun yang paling dekat dan bisa kita harapkan adalah tentang kesigapan negara atau pemerintah dalam hal ini untuk bergegas menyikapi kearoganan segelintir orang yang dengan seenak jidatnya melakukan provokasi.Â
Menyebar narasi yang sebenarnya ia tidak tahu pasti apakah yang disampaikan adalah fakta atau sekadar fiksi. Mengatakan Islam sebagai agama pendatang mungin sah-sah saja.Â
Namun ketika diberikan label arogan dan terlebih dituding menginjak-injak kearifan lokal tentunya itu adalah tindakan yang salah kaprah. Pelakunya kiranya harus ditertibkan, ditangkap, atau apapun bahasanya. Tidak perlulah kiranya disebut namanya disini. Lagipula kita semua sudah tahu siapa gerangan yang dimaksud.