Misalnya ketika di tempat kerja kita ada seorang pekerja pendatang baru namun berlatar belakang sebagai anak dari pemilik perusahaan atau putra mahkota dari bos besar. Kehadiran mereka yang membawa label pemilik perusahaan umumnya akan langsung membikin keder orang-orang lama yang telah terlebih dulu eksis disana.
Terlepas si newbie ini memulai karirnya pada posisi tataran tinggi di manajemen perusahaan ataupun pada level yang lebih rendah, hal itu tidak akan menghapus cap bahwa ia adalah anak dari bos besar. Menolak argumentasinya tidaklah sama denga cara menolak argumentasi dari pekerja "umum" yang lain. Demikian halnya saat mengiyakan bisa jadi akan sangat berbeda juga.
Para pekerja lama yang biasanya ceplas-ceplos memberikan tanggapan atas gagasan atau opini yang muncul bisa menjadi pucat pasi apabila melakukan hal yang sama kepada anak bos besar. Biarpun ada instruksi agar si anak bos tadi tetap mendapatkan perlakuan yang sama tapi dalam praktiknya biasanya tetap akan menimculkan kecanggungan.
Mereka yang biasanya bersikap kritis akan berubah menjadi diplomatis, pernyataan-pernyataan yang biasanya provokatif bisa menjadi normatif, dan seterusnya. Rasa segan dan tak enak hati menjadi sesuatu hal yang lumrah terjadi tatkala anak dari bos besar turut bergabung bersama kita selaku pekerja yang digaji oleh orangtuanya.
Bagaimanapun juga suatu saat mereka akan berada pada tingkat yang jauh diatas kita dalam artian si anak bos besar ini kelak akan melanjutnya kepemimpinan perusahaan milik orangtuanya. Apabila sebagai pekerja kita tidak bersikap ramah terhadapnya maka bisa-bisa sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi. Entah apapun bentuknya.
Memang situasinya tidak bisa dipukul rata. Akan tetapi memiliki hubungan relasi kerja dengan ranah pekerjaan yang dilakukan anak bos besar tentu membuat kita selaku "orang luar" harus menunjukkan cara bersikap yang berbeda.
Hanya saja sebagai seorang pekerja profesional tujuan organisasi harus senantiasa diutamakan. Kalaupun pada akhirnya ada masa dimana kita harus melakukan konfrontasi atau perbedaan sudut pandang dengan yang bersangkutan maka hal itu hendaknya tidak menghalangi kita untuk bersikap selayaknya.
Jika memang salah seharusnya diluruskan, buka diberikan persetujuan. Bagaimanapun juga ada sisi dimana kita mungkin lebih unggul dari anak bos besar tersebut. Terutama penyangkut pengetahuan teknis, wawasan, ataupun hal-hal lain yang terkait dengan pekerjaan mereka. Dengan kata lain profesionalitas harus tetap ditunjukkan terlepas dari siapapun orang yang dihadapi.
Namun dalam praktiknya sepertinya tidak akan semudah itu. Poin penting yang perlu digarisbawahi adalah ada saat dimana seorang pekerja harus pandai "bersilat lidah" dalam artian harus bisa menyampaikan narasi sesuai keharusan tanpa harus menimbulkan kegaduhan.
Salam hangat,
Agil S Habib