Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perlukah Ada "Cincai" dalam Interaksi di Tempat Kerja?

18 Januari 2021   07:55 Diperbarui: 19 Januari 2021   05:15 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerjaan yang menumpuk. (sumber: flickr/alancleaver via kompas.com)

Tempat kerja itu umumnya identik dengan formalitas, aturan yang mengikat, serta kekakuan dalam menjalankan rutinitas kegiatan sehari-hari. 

Setiap orang di tempat kerja umumnya terikat dengan job desc-nya masing-masing dan mesti melangkah sebagaimana prosedur yang telah digariskan sesuai dengan jenis pekerjaannya tersebut. 

Demikian halnya dengan daftar pekerjaan yang mesti dikerjakan pun harus sebisa mungkin taat prosedur meskipun dalam situasi kondisi tertentu hal tersebut bisa saja dilakukan penyesuaian mengingat ada hal lain yang butuh untuk diprioritaskan. 

Bagaimanapun juga setiap organisasi mendambakan kenormalan dalam operasionalnya. Semua bisa berjalan selaras dengan prosedur sementara tujuan utama harus juga tercapai. 

Sayangnya, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Termasuk halnya dengan pekerjaan yang meskipun di sana telah dikelola menggunakan standar operasi yang konon katanya sudah mempertimbangkan setiap aspek yang ada. 

Sehingga sayogianya tidak akan ada penyimpangan-penyimpangan apapun yang harus dilakukan demi mengupayakan tujuan besar bersama.

 "Cincai atau dalam bahasan umum mencari titik temu pembahasan atas sesuatu hal yang dihadapi bersama-sama merupakan sebuah cara untuk bekerja dalam naungan organisasi dengan maskdu dan tujuan yang sama. Selayaknya organisasi hal itu tidak bisa berjalan sendiri. Butuh sinergi dari semua pihak agar turut mencari cara terbaik bagi semuanya. Bukan sebatas baik bagi salah satu pihak saja."

Realitas ternyata tidaklah selalu sama dengan prediksi diatas kertas. Sesempurna apapun wacana yang kita buat masih selalu ada kemungkinan terjadinya ketidaksinkronan, miskondisi, miskomunikasi, dan lain sebagainya sehingga berakibat terjadinya gap antara hasil yang tercapai dengan yang diharapkan. 

Tidak sedikit muncul problematika baru sebagai akibat dari kondisi-kondisi tidak ideal itu yang membuat orang-orang yang terkait dengan pekerjaan tersebut menjadi ketiban tanggung jawab agar segera melakukan tindakan penanggulangan.

Sesuatu yang terjadi diluar harapan biasanya membutuhkan penanganan yang di luar jalur prosedur juga. Meski tidak menutup kemungkinan akan adanya juga prosedur darurat tersebut sebagai opsi pilihan. 

Kalaupun ada, kemungkinannya adalah muncul konsekuensi berupa munculnya teguran atasan, omelan partner kerja, atau bahkan berujung pada jatuhnya "talak" kepada orang-orang yang disinyalir memicu terjadinya kondisi tidak biasa tersebut. 

Seringkali sebuah persoalan besar semacam itu justru disebabkan oleh hal-hal kecil yang tak kunjung terselesaikan. Salah satu hal yang berpotensi menjadi penghambat penuntasan adalah sikap kaku-kakuan dari beberapa pihak yang terlibat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun