Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menerka Maksud Habib Rizieq Sembunyikan Status Positif Covid-19 Dirinya

15 Januari 2021   15:29 Diperbarui: 15 Januari 2021   15:37 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Rizieq Shihab | Sumber gambar : www.pikiran-rakyat.com

Tim penyidik Bareskim Polri beberapa waktu lalu menetapkan Habib Rizieq Shihab (HRS) dan Dirut RS UMMI sebagai tersangka terkait upaya menghalangi tes swab oleh Satgas COVID-19 kepada HRS. Tak lama berselang terkuak informasi bahwa HRS sebenarnya pernah berstatus positif COVID-19 tapi kondisi tersebut disembunyikan dari publik. 

Entah apa gerangan maksud sang imam besar sehingga merasa perlu merahasiakan kondisi tersebut sementara kala itu beliau menjadi pusat perhatian karena disinyalir menjadi pemicu kerumunan. Belakangan atas sebab itu pula HRS harus mendekam di penjara setelah menyandang status tersangka pelanggaran protokol kesehatan (prokes).

Jika informasi bahwa HRS pernah positif COVID-19 itu benar adanya maka publik tentu bertanya-tanya apa gerangan maksud HRS menyembunyikan kondisinya tersebut. Apakah dengan mengaku positif COVID-19 hal itu lantas akan membuat kecewa umat pengikutnya? Seharusnya tidak. 

Karena siapapun orangnya sangat mungkin tertular oleh virus ini. Tak peduli pria atau wanita, tua ataupun muda, ulama ataupun orang biasa sama-sama memiliki kemungkinan yang sama terjangkit virus tersebut. Dan mereka yang pernah terpapar oleh virus ini rasa-rasanya tidak perlu malu. 

Biarpun mereka adalah publik figur. Justru dengan mengakui kondisi yang ada maka publik menjadi lebih mawasdiri terhadap kondisi dirinya. Terkecuali memang ada agenda tertentu yang dimaksudkan dibalik upaya tersebut. Mungkin beberapa hal ini bisa menjadi terkaan terkait apa gerangan maksud sang imam besar menutupi kondisi kesehatannya.

"Habib Rizieq merupakan panutan bagi cukup banyak orang yang mengaguminya. Sikap dan tindakan beliau berpotensi menjadi contoh bagi orang lain. Ketika ada tindakan beliau yang tidak semestinya maka hal itu bisa saja turut dibenarkan oleh mereka yang tidak bisa membedakan bahwa ada sesuatu yang sebaiknya ditiru atau tidak."


Menutup Celah Bahan "Bully" Kubu Sebelah

Sudah bukan rahasia kalau kondisi masyarakat kita saat ini tengah terbelah. Entah disebut kubu-kubu apa mereka tapi yang jelas cukup sering terjadi saling tuding dan saling mendiskreditkan satu sama lain. Ketika salah satu pihak melakukan kekhilafan maka pihak yang lain cenderung mengeksploitasi hal itu sehingga terlihat lebih luar biasa. 

Begitu pula sebaliknya. Ketika awal pertama kali HRS menginjakkan kembali kakinya di Indonesia jumlah simpatisan yang menjemput beliau amatlah luar biasa. Bahkan sampai memenuhi bandara. Padahal musim COVID-19 masih belum usai dan menciptakan kerumunan sudah jelas mengandung risiko besar terjadinya penularan. 

Alih-alih meminta maaf secara terbuka tapi justru banyak kata-kata yang dijadikan alasan seakan tindakan itu diperbolehkan dalam situasi seperti sekarang. 

Bisa dibayangkan betapa derasnya arus bully yang dialamatkan oleh "kubu" sebelah andaikan kala itu mereka tahu kalau HRS ternyata positif COVID-19. Mungkin sindiran, serangan, bahkan caci maki akan semakin bertebaran dengan tujuan mempermalukan HRS berikut simpatisan pendukungnya.


Dalih Pembenaran Terjadinya Kerumunan

Kerumunan dilarang karena berpotensi menjadi media penularan yang masif. Tapi bagaimana jika keberadaan kerumunan ternyata tidak menciptakan kluster baru penularan virus? Seharusnya kerumunan semacam itu tidak perlu dipermasalahkan, bukan? 

Dan pasca adanya kerumunan besar yang dipicu oleh keberadaan HRS terbukti aparat langsung bertindak hingga berujung pada penahanan HRS hingga saat ini. mengetahui kondisi HRS berstatus positif COVID-19 atau tidak merupakan salah satu alasan untuk menguatkan status tersebut. 

Tapi HRS cukup sigap mengambil langkah dengan peristiwa RS UMMI beberapa waktu lalu itu. Jika HRS negatif COVID-19 saat itu mungkin terjadinya kerumunan sedikit bisa "diampuni" karena sang pembuat acara nyatanya baik-baik saja.


Menghilangkah Kekhawatiran Simpatisan

HRS adalah simbol bagi sebagian orang yang mengaguminya. Hal ini tampak jelas saat sang imam besar baru saja kembali ke Indonesia. Penyambutnya bejibun jumlahnya. Pun demikian saat beliau terjerat kasus hukum para pembelanya juga ada dimana-mana. Mungkin HRS tidak ingin membuat khawatir para pendukungnya dengan kondisi kesehatan yang beliau miliki. 

Mungkin beliau juga tidak rela kalau-kalau nanti kondisi kesehatan dirinya dijadikan bahan gunjingan untuk menyudutkan orang-orang yang mendukung HRS selama ini.

Sehingga kondisi kesehatan HRS seperti menjadi sebuah rahasia yang harus dijaga rapat-rapat. Mungkin tingkat kepentingannya itu bisa kita ambil contoh tatkala beberapa bulan lalu ada salah seorang pemimpin dunia yang lama menghilang dari hadapan publik bahkan digosipkan telah meninggal dunia. Tapi pemimpin tersebut kemudian muncul kembali setelah kondisi kesehatannya pulih seperti sedia kala. Mungkin status kesehatan HRS adalah rahasia tingkat tinggi.

Tapi ini masih sebuah terkaan yang bisa benar dan bisa juga salah. Hanya saja untuk sosok selevel HRS tidak perlulah kiranya menutup-nutupi kondisi kesehatan dirinya apalagi menyangkut status positif atau negatif COVID-19. Akan sangat disayangkan jikalau nanti ada kerabat yang mendekat sementara beliau sedang positif COVID-19. 

Meskipun kondisi beliau dikatakan sudah negatif tapi keberadaan informasi ini bisa saja dijadikan dalih pembenaran seseorang untuk menyembunyikan kondisi  kesehatan dirinya sehingga bisa memicu bahaya penularan kepada orang-orang terdekat. 

Kalau Raffi Ahmad saja yang melakukan pelanggaran prokes pasca divaksin mendapatkan hujatan dari sana sini mengingat ia adalah seorang publik figur yang menjadi contoh orang banyak, maka HRS juga sama-sama publik figur yang dikagumi banyak pengikutnya. Apa jadinya kalau para pengkutnya itu meniru untuk berbuat serupa?

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun