Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

GeNose C-19, "Artificial Intelligence" Pendeteksi Covid-19 dalam 80 Detik

8 Januari 2021   10:40 Diperbarui: 8 Januari 2021   10:45 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GeNose C-19 yang diserahterimakan oleh Menristek ke Menko PMK | Sumber gambar: detik.com

Sebenarnya Indonesia itu menyimpan banyak sekali orang-orang hebat yang mampu menghasilkan karya luar biasa di berbagai bidang. Salah satunya adalah deteksi GeNose C-19 yang bisa mendeteksi COVID-19 lewat pernafasan seseorang hanya dalam waktu 80 detik saja. Sebuah alat yang merupakan hasil pengembangan para peneliti Universitas Gajah Mada (UGM) dibawah komando kepala proyek Profesor Kuwat Triyana ini ditengarai memiliki akurasi hasil tes yang cukup tinggi yaitu sekitar 90% atau hampir sama dengan akurasi dari tes PCR dan rapid antigen.  Sementara waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil tes memiliki perbedaan yang cukup jauh.  Tes PCR butuh waktu paling cepat satu hari untuk mengetahui seseorang positif atau negatif COVID-19, sementara untuk rapid antigen bisa lebih singkat yaitu sekitar 30 -- 60 menit.        

"Teknologi tidak bisa dipungkiri telah memberikan banyak sekali solusi atas segala problematika yang terjadi. Terkait dengan pandemi, teknologi telah memungkinkan banyak orang untuk tetap eksis meski berada dalam kepungan virus."

Dengan penambahan jumlah kasus yang masih terbilang besar di seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar dilakukan setidaknya satu tes COVID-19 per minggu per seribut penduduk. Dengan kata lain setidaknya harus ada sekitar 270 ribu tes dari 270 juta penduduk Indonesia. Negara kita termasuk sebagai salah satu negara yang masih belum mencapai target pengetesan yang ditentukan oleh WHO itu.

Salah satu sebab terbesarnya adalah lamanya waktu tes untuk mencari tahu seseorang positif atau negatif COVID-19. Tapi dengan temuan dari peneliti UGM ini waktu yang dihemat bisa luar biasa banyak. Dengan 10 ribu unit GeNose C-19 saja sudah bisa menunjang pelaksanaan tes 1,2 juta orang setiap harinya. Hal itu tentu akan sangat membantu memutus rantai persebaran COVID-19 seiring lebih cepatnya waktu yang diperlukan untuk pendeteksian dan selanjutnya tindakan penanggulangan.

GeNose C-19 sendiri bekerja dengan memanfaatkan prinsip "anjing pemburu" yang bisa mengendus bau khas buruannya. Dalam hal ini GeNose C-19 didesain dengan perangkat Artificial Intelligence (AI) yang bisa mengalisa sampel pernafasan seseorang serta mencari tahun "unsur khas" COVID-19 yang terkandung pada pernafasan seseorang. AI atau kecerdasan buatan akan mampu mengenai karakteristik khas yang dimiliki COVID-19 yang ditanamkan kepadanya. Sehingga semakin akurat karakteristik itu diberikan pada AI maka hasil analisanya akan semakin akurat. Bukan tidak mungkin akurasi yang saat ini dikatakan mencapai 90% itu akan semakin meningkat beberapa waktu mendatang seiring penggunaan GeNose C-19 dalam upaya penuntasan pandemi COVID-19.

Meskipun memiliki akurasi yang cukup tinggi tapi sepertinya untuk tahap awal implementasi hasil pendeteksian yang dilakukan oleh GeNose C-19 masih akan dibarengi dengan tes PCR. Sehingga mereka yang terdeteksi positif melalui alat ini kemudian akan diberikan tes PCR guna "memastikan" apakah benar-benar ada COVID-19 yang bersemayam di tubuh seseorang atau tidak. Tapi apabila dalam serangkaian implementasi awal ternyata akurasi yang ditunjukkan alat tersebut memang memiliki kesamaan dengan tes PCR maka lebih baik tes PCR selanjutnya tidak perlu dilakukan lagi. Selain karena memang tidak perlu hal itu jelas bisa menghemat biaya mengingat tes PCR biayanya cukup mahal.

COVID-19 memang mendorong kita untuk selangkah lebih maju dalam menyikapi sesuatu. Dan teknologi sepertinya menjadi jawaban atas tantangan yang dihadirkan oleh pandemi COVID-19 ini. AI atau kecerdasan buatan yang tidak lain merupakan salah satu pilar teknologi masa kini sudah mulai menampakkan peran luar biasanya. Tinggal apakah kita mau menggali dan memanfaatkannya lebih jauh lagi. Sudah cukup rasanya menggunakan retorika sebagai upaya menuntaskan pandemi. Ambil langkah nyata yang salah satunya dengan memanfaatkan bantuan teknologi.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1]; [2]; [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun