Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

30 Hari Mencari Kerja

4 November 2020   10:34 Diperbarui: 4 November 2020   16:31 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pekerjaan adalah bagian dari sisi kehidupan yang tidak bisa dilepaskan dari berbagai aspek kehidupan itu sendiri. Kapsitas diri, pilihan, dan proses akan selalu melingkupi kita kapanpun dan dalam kondisi apapun."

Sapta, seorang sahabat dan sekaligus teman seperjuangan saya semasa kuliah dulu memiliki sebuah kisah perjalanan yang mungkin bisa dibilang cukup menginspirasi serta menjadi sebuah pembelajaran hidup yang berharga khususnya bagi seseorang yang tengah mulai merintis karir pasca lulus kuliah.

Lulus pada medio September 2012 Sapta sudah bisa langsung diterima bekerja sebulan setelah wisuda kelulusannya. Tidak semua orang seberuntung Sapta sehingga mendapatkan pekerjaan tanpa perlu berlama-lama menunggu.

Apalagi ketika mendengar beberapa presentasi terkait prospek karir semasa di kampus dimana paling cepat masa tunggu mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah adalah sekitar 3 bulan atau lebih. Bahkan tidak sedikit yang melewati masa hingga satu tahun untuk mendapatkan pekerjaan pertamanya.

Sehingga pencapaian yang Sapta dapatkan tidak bisa dibilang buruk meskipun ada sebagian rekan yang lain berhasil memperoleh pekerjaannya sedari sejak sebelum wisuda. Namun apa yang Sapta dapatkan memiliki sisi realistis yang lebih membumi untuk diupayakan semua orang sehingga lebih memungkinkan untuk menirunya.

Bekal keterampilan diri seperti pengalaman organisasi ataupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) memang seringkali dianggap sebagai sesuatu yang sangat menentukan diterima tidaknya seseorang dalam suatu proses recruitment kerja.

Akan tetapi pada kenyataannya tidak sedikit dari mereka yang segudang pengalaman organisasinya dan tinggi nilai IPKnya masih harus menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menunggu diterima pada pekerjaan pertamanya.

Selain itu, tidak sedikit juga dari para lulusan perguruan tinggi ternama yang mengalami situasi serupa. Sehingga pada akhirnya muncul anggapan bahwa untuk mendapatkan pekerjaan itu tidaklah mudah. Orang-orang dengan raihan prestasi yang baik selama kuliah ternyata belum tentu menggaransi satu pekerjaan pasti pasca mereka lulus.

Dalam hal ini pengalaman Sapta dalam mendapatkan pekerjaan pertamanya dalam waktu singkat barangkali patut direnungi. Ada beberapa poin yang bisa ditelisik dari perjalanan seorang Sapta dalam memperoleh pekerjaan pertamanya selama kurun waktu sekitar 30 hari tersebut.

1. Singkirkan Gengsi Nama Besar Tempat Kerja

Terkadang kita begitu terpaku untuk bekerja di perusahaan yang namanya familiar di telinga. Sebuah perusahaan yang mungkin produk-produknya sering muncul di televisi atau media sehingga ketika ditanya sanak saudara untuk menjawabnya lebih mudah dicerna dan  tidak memicu pertanyaan, "Perusahaan apa itu?"

Ketika seseorang ditanya bekerja dimana dan menjawab bekerja di Toyota misalnya, maka mereka yang diberi tahu akan langsung paham dan terarah pikirannya pada produk-produk mobil Toyota seperti Avanza, Alphard, dan sebagainya. Rasanya juga akan lebih memuaskan kala bersua teman saat reuni.

Ketika ada yang menanyakan lebih jauh dan awam sekali dengan pekerjaan yang kita miliki sepertinya hal itu terkesan sebagai sebuah "kegagalan kecil" yang ingin kita sembunyikan. Berbeda halnya dengan mereka yang bekerja di tempat yang lebih punya nama.

Di satu sisi memiliki keinginan untuk bisa bekerja di perusahaan ternama merupakan sebuah ambisi yang baik. Itu artinya ada visi besar yang ingin diraih.

Meskipun begitu hal ini juga menghadirkan sisi lain yang "menjebak" seseorang sehingga terus-menerus menunggu dan mencari pekerjaan hingga memperoleh yang sesuai selera.

Akibatnya pekerjaan pun baru didapat berbulan-bulan kemudian. Apabila ingin mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang lebih cepat maka opsinya adalah dengan menyingkirkan gengsi terhadap nama-nama perusahaan yang ingin dimasuki dan bersikap lebih terbuka terhadap tempat kerja lain meskipun popularitasnya tidak terlalu beken.

Tapi yang mesti dipahami bahwa hal ini bukanlah merupakan upaya "jual murah" terhadap prospek karir kita dimasa depan.

2. Pasang Tarif Standar

Hampir setiap orang berharap mendapatkan gaji atau penghasilan yang tinggi di tempat kerjanya. Bahkan sejak memulai kerja untuk pertama kali.

Sebenarnya hal ini sah-sah saja dilakukan selama kita meyakini betul dan bisa membuktikan bahwa ada value berharga yang bisa didedikasikan untuk tempat kerja kita nanti.

Pada dasarnya mematok besaran gaji itu tidaklah sembarangan dilakukan. Kita harus mampu mengukur nilai kebutuhan kita dan juga nilai kelayakan diri kita.

Barangkali patokan paling mendasar adalah pada upah minimum yang berlaku karena perumusannya sudah mempertimbangkan beberapa aspek.

Paling tidak itulah standar minimalnya atau rentang batas bawah. Jikalau kita merasa bahwa kemampuan kita layak diberikan apresiasi lebih maka tidak ada salahnya meminta gaji yang lebih besar. Hanya saja harus tetap dalam rentang batasan yang wajar.

Pada umumnya setiap perusahaan sudah memiliki batasan gajinya masing-masing. Umumnya perusahaan-perusahan bonafid menawarkan jumlah gaji yang lebih besar dibandingkan perusahan "biasa". Dalam hal ini penting sekali untuk mengukur kapasitas diri serta menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada.

Dalam konteks sebagai newbie yang baru pertama kali memasuki dunia kerja seseorang memang harus membuktikan diri terlebih dahulu.

Sehingga memperkaya wawasan untuk bisa mengetahui seberapa layak "harga" keterampilan kita memang memerlukan waktu.

Sapta berhasil mendapatkan pekerjaan dalam periode 30 hari pasca kelulusannya juga didukung oleh tidak muluk-muluknya ia dalam menentukan tarif. Mematok besaran gaji yang tidak terlalu kecil dan tidak terlampau besar untuk takaran perusahaan kebanyakan.

Hal ini akan meningkatkan peluangnya menjadi kandidat yang dipertimbangkan untuk dipilih pada perusahaan atau tempat kerja yang dituju.

3. Intensif Cari Lowongan Kerja

Kita tidak pernah tahu dimana dan kapan kesempatan itu menemukan hasilnya. Bisa jadi kesempatan itu tersembunyi di sebuah tempat yang tidak kita sangka-sangka.

Hanya upaya proaktif jemput bola saja yang meningkatkan peluang menemukan kesempatan berharga itu. Jikalau selama ini kita mencari pekerjaan via jobstreet, bursa karir, atau lowongan kerja di surat kabar, maka bisa jadi ada hal lain yang mesti dicoba. Mungkin menanyakan pada rekan yang sudah terlebih dulu bekerja mengingat adanya potensi close recruitment.

Pada intinya seorang pencari kerja harus lebih intensif dalam memelototi setiap peluang yang ada. Karena bagaimanapun juga seorang yang beruntung adalah yang memiliki kemampuan dan bertemu dengan kesempatannya.

Sehingga sembari menggali setiap informasi lowongan kerja kita juga harus terus mengasah diri dari waktu ke waktu utamanya untuk meningkatkan kualitas diri kita secara menyeluruh.

4. Kurangi Batasan Kriteria Pekerjaan

Bukan merupakan sesuatu yang aneh apabila seorang pencari kerja mendambakan bekerja pada suatu jenis industri tertentu, tempat tertentu, atau posisi tertentu.

Idealisme adalah hal yang wajar dimiliki oleh kita semua. Sehingga merupakan sesuatu yang amat menyenangkan tatkala berhasil diterima kerja pada suatu tempat yang sesuai dengan semua kriteria yang kita harapkan. Lokasi, gaji, posisi, dan lain sebagainya sudah cocok dan nyaman untuk dijalani.

Puji syukur apabila kita turut menjadi kelompok yang beruntung semacam ini. Namun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa tidak selamanya situasi berjalan ideal. Apalagi ketika berada dalam situasi yang mendesak untuk memperoleh pekerjaan secepat mungkin.

Sejumlah kriteria yang awalnya kompleks barangkali perlu sedikit dilonggarkan sehingga memperlebar peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Yang awalnya ingin bekerja di daerah tertentu barangkali bisa melonggarkan syarat untuk juga bisa bekerja di daerah yang lain.

Demikian pula yang awalnya ingin bekerja pada posisi jabatan tertentu bisa jadi harus sedikit mengubah haluannya untuk berani mencoba posisi lain.

Setiap kriteria yang kita tentukan akan sangat mempengaruhi jalan yang kita lalui kedepannya. Tergantung pada diri kita masing-masing untuk melakukan penyesuaian atau tidak. Apabila harapannya adalah ingin mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang lebih cepat maka tidak ada salahnya untuk bersikap lebih fleksibel.

Dalam Bingkai Pilihan dan Proses

Keengganan untuk menurunkan gengsi dan memasang tarif tinggi dalam pekerjaan yang ingin dituju memang seringkali menjadi pemicu lamanya masa tunggu mendapatkan pekerjaan.

Selain itu minimnya hasrat untuk menemukan peluang klowongan kerja dan penentuan kriteria yang "multidimensi" juga turut mempengaruhinya. Kita hanya perlu melakukan beberapa penyesuaian terhadap aspek-aspek yang berdaya jangkau tinggi sehingga lebih mudah untuk diraih.

Meskipun hal ini sebenarnya juga sangat ditentukan oleh kondisi masing-masing orang. Bagi mereka yang masih bisa bertahan hidup meski "menganggur" cukup lama barangkali terus mencoba mendapatkan tempat kerja terbaik meskipun butuh waktu lama tidak menjadi soal.

Lain halnya dengan orang-orang yang serba mendesak dan terbatas kebutuhannya sehingga membuatnya merasa perlu mendapatkan pekerjaan secepat mungkin. Mereka tentu harus menyesuaikan beberapa standar untuk memungkinkan hal itu terjadi.

Pada akhirnya cepat tidaknya memperoleh pekerjaan itu tidak sebatas dipengaruhi oleh setting yang kita tentukan atau kapasitas diri yang kita miliki. Bisa jadi ada aspek eksternal seperti lowongan kerja yang tidak terbuka setiap waktu, masa recruitment yang panjang, dan sebagainya.

Namun lebih dari itu seseorang yang ingin mendapatkan pekerjaan dalam waktu singkat berisiko membuat keputusan yang salah dalam memilih pekerjaan.

Sapta memang berhasil membuat pencapaian baik dalam hal mendapatkan pekerjaan dalam 30 hari pasca lulus dari status mahasiswa. Namun Sapta hanya bertahan sekitar 2 bulan ditempat kerjanya tersebut karena merasa tidak nyaman dengan beberapa hal.

Saat ini Sapta sudah bekerja ditempat yang menurutnya cukup membuatnya leluasa dalam mengembangkan diri. Dan hal itu sepertinya memang butuh proses.

Hidup ini sejatinya adalah sebuah proses. Dan proses itu akan mengarahkan kita menuju sebuah perjalanan takdir yang barangkali tidak pernah disangka-sangka. Kita hanya perlu membuat pilihan dan menentukan keputusan.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun