Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sisi Humanis Seorang "Production Planner"

19 September 2020   07:12 Diperbarui: 21 September 2020   16:58 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sisi humanis seorang production planner memberikan kita pesan tentang arti penting sebuah emosi untuk menunjang kualitas hubungan kita dengan orang lain."

Ada cukup banyak fungsi kerja dalam sebuah organisasi bisnis khususnya perusahaan manufaktur yang memiliki andil penting dalam sebuah kelancaran proses produksi secara keseluruhan. 

Terkhusus untuk peran sebagai production planner ini bisa dibilang cukup vital peranannya karena ia berfungsi sebagai penghubung dari beberapa divisi yang terlibat dalam kepentingan proses produksi mulai dari hulu hingga hilir.

Kegagalan fungsi pada production planner akan berimbas langsung terhadap pemenuhan produksi. Baik itu karena tersendatnya suplai bahan baku, ketidaksinkronan antara permintaan pasar dengan barang yang diproduksi, keterlambatan pasokan, dan lain sebagainya. 

Jika diibaratkan sebagai sebuah tubuh maka peran production planner itu ibarat jantung yang menerima aliran darah dari seluruh tubuh serta mendistribusikannya kembali ke seluruh tubuh.

Bayangkan permasalahan apa yang terjadi tatkala seorang manusia terganggu fungsi jantungnya. Seperti itulah kira-kira production planner memiliki andil atas "kehidupan" sebuah unit produksi.

Ilustrasi gambar: www.jurnal.id
Ilustrasi gambar: www.jurnal.id
Dalam tulisan ini saya tidak akan menguraikan secara rinci dan teknis apa itu production planner berikut peranannya di sebuah organisasi bisnis. Namun saya ingin menyajikan sisi lain tentang apa itu production planner khususnya dalam kaitannya dengan interaksi sosial di lingkungan kerja berikut pembelajaran yang barangkali bisa dipetik dari fungsi yang dimilikinya itu.

Sebagai seorang yang menjalani profesi sebagai production planner di sebuah perusahaan manufaktur selama beberapa tahun terkahir ini, saya mendapati cukup banyak pengalaman serta suka duka didalamnya.

Sebagai seorang production planner urusannya tidaklah selalu tentang teknis, perhitungan, dan simulasi tentang produk apa yang perlu dijalankan dalam beberapa waktu ke depan.

Berikut ini adalah beberapa hal yang terlihat lebih dari sekadar urusan teknis semata. Seorang production planner pun ternyata memiliki sisi humanis yang berkaitan tentang integritas, karakter, dan sejenisnya.

1. Komitmen

Salah satu tugas seorang production planner secara sederhana adalah memastikan pasokan kebutuhan tim marketing terpenuhi sesuai yang diminta dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini tidak hanya diperlukan kalkulasi matematis saja, tetapi juga sikap komitmen untuk menepati sebuah "janji" yang disepakati dengan tim marketing.

Seorang production planner akan membuat perhitungan atas order yang ia terima dan lantas memberikan konfirmasi sesuai perhitungannya itu. Harapannya adalah jangan sampai komitmen yang sudah disepakati tersebut kemudian diingkari ditengah jalan apapun alasannya. Sehingga penting sekali untuk menimbang segala kemungkinan dan risiko yang ada sebelum memberikan konfirmasi atas permintaan dari tim marketing atau pemasaran.

Sebuah komitmen pun terkadang harus dilandasi oleh sebuah perhitungan yang matang sehingga kita tidak terkesan asal-asalan dalam melantunkan hal tersebut. Orang lain yang menerima komitmen kita tentu akan senang dan mengapresiasi diri kita jikalau komitmen tersebut kita penuhi dengan sebagaimana mestinya. 

Apabila hanya pengingkaran demi pengingkaran yang terjadi maka bisa jadi kita akan dicap sebagai pribadi yang tidak memiliki integritas akibat seringkali mengabaikan komitmen yang telah diberikan.

Bukan sebuah tugas mudah memang. Apalagi bagi seorang production planner yang sebenarnya komitmennya tersebut tidak semua faktor penunjangnya berada dalam genggaman. Ada beberapa hal yang mana sebenarnya ia juga harus bergantung pada orang lain seperti kelancaran proses oleh divisi produksi, kelancaran pasokan material oleh suplier, dan lain sebagainya.

Ada sebuah ekosistem yang mana kita hanyalah bagian kecil dari semua itu. Apabila ada kegagalan fungsi pada yang lain hal itu bisa saja berpengaruh terhadap penilaian akan komitmen yang kita berikan. Sehingga menjadi penting kiranya bagi seorang production planner untuk selalu melakukan pantauan demi pantauan terhadap seluruh aspek dan lini yang ada.

Komitmen itu harus diupayakan pencapaiannya sebaik mungkin. Dalam hal ini sebuah effort besar amat diperlukan.

2. Penguasaan Diri

Setiap production planner diharapkan mampu mengelola segala hal yang terkait dengan fungsi kerjanya agar senantiasa berada dalam kendali pengawasan. 

Status perkembangan yang terjadi setiap beberapa waktu tertentu mesti terus dipantau agar tidak sampai salah langkah dalam menjalankan setiap rencana kedepan. Mengingat pentingnya kendali terhadap banyak hal diluar dirinya maka akan lebih penting lagi untuk memiliki penguasaan diri yang baik terhadap diri sendiri.

Kendali diri, penguasaan diri, atau kontrol diri adalah sesuatu yang diperlukan sebelum seorang production planner melakukan hal itu terhadap orang lain. Apa-apa saja yang menjadi ranah cakupan internal kerja seorang production planner haruslah dipahami secara terperinci. Pemahaman tersebut amatlah diperlukan sebelum melakukan sinkronisasi dengan aspek-aspek eksternal.

Komunikasi dengan pihak internal akan menjadi sebuah landasan penting untuk menjalin komunikasi dengan pihak eksternal. Tersendatnya komunikasi internal bisa jadi berdampak buruk saat meneruskannya ke pihak eksternal. 

Seperti layaknya seseorang yang didalam dirinya memiliki pergulatan batin luar biasa seringkali mengalami masalah tatkala ia menjalin interaksi dengan orang lain. Memahami diri sendiri barulah mencoba memahami orang lain. Tanpa adanya penguasaan diri yang baik maka menjalani peran yang mengharuskan adanya kendali terhadap orang lain pasti akan mengalami kendala.

3. Percaya Diri

Segala komitmen yang kita buat dan pernyataan yang kita utarakan pada dasarnya dilandasi oleh adanya keyakinan atau rasa percaya diri bahwa hal itu akan bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Rasa percaya diri berangkat dari pengetahuan dan wawasan akan hal-hal yang menurut seorang production planner berperan penting dalam menunjang serangkaian proses menuju keyakinan itu. Sehingga seorang production planner harus cukup berwawasan terhadap sesuatu yang menjadi cakupan kerjanya. 

Menggali informasi, membuat gambaran besar fungsi kerjanya, dan merajut keterkaitan dari semua data yang ada akan sangat berperan dalam membentuk sikap percaya diri. Sebaliknya, ketidaktahuan kita hanya akan memantik keraguan dan akhirnya meredupkan rasa percaya diri. Seorang production planner yang penuh keraguan hanya akan menyulitkan sinergi kerja dari semua entitas yang terlibat didalam sebuah organisasi bisnis.

Kepercayaan diri itu dilatih dan diasah. Dan seiring waktu dari setiap peristiwa yang dilalui seorang production planner maka akan diperoleh cukup banyak pembelajaran sehingga lebih menyempurnakan strategi penyusunan perencanaan pada masa-masa mendatang. Terkadang seseorang itu butuh berada dalam situasi "terkepung" masalah agar kreativitasnya bangkit dan menghasilkan karya yang lebih solutif.

4. Luwes

Seorang production planner memiliki keharusan untuk mengkoordinir setiap lini yang terkait dengannya yang umumnya mereka itu juga dikendalikan oleh manusia. Dengan kata lain mereka juga memiliki sisi humanis yang tidak boleh diabaikan. Bersikap kaku layaknya sebuah mesin tentunya bukan cara yang tepat dan bijak.

Empati, simpati, dan kemampuan melihat dari sudut pandang orang lain pun seringkali berperan penting dalam menunjang lancar tidaknya fungsi seorang production planner pada khususnya dana kelancaran organisasi pada umumnya.

Hendaknya seorang production planner bisa lebih luwes dalam menjalin interaksi dengan orang lain. Sebuah interaksi yang sayogyanya dilakukan bukan berdasarkan kebutuhan pekerjaan, melainkan sebuah kebutuhan menjalin relasi yang baik antar sesama manusia.

Bagaimanapun juga seorang production planner juga merupakan manusia yang memiliki sisi humanis yang terkadang tidak stabil dan rapuh. Mungkin akan berbeda jikalau suatu hari ini peranan ini diambil alih oleh robot atau mesin yang lebih ketat dalam memberlakukan batasan dan kaku dalam membuat keputusan. Hanya saja realitas saat ini menunjukkan bahwa peranan tersebut masih memerlukan keterlibatan emosi dan sisi humanis kita, bukan sebatas teknis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun