Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Ahok Singgung Kadrun dan Kritik BUMN

17 September 2020   15:11 Diperbarui: 17 September 2020   15:44 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok yang kini tengah menjabat sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina sepertinya tidak kenal lelah menebar sensasi. Kali ini ia membuat pernyataan yang membuat merah telinga beberapa kalangan sekaligus. Sebutan Kadrun (Kadal Gurun) yang dialamatkan Ahok kepada sekelompok orang tertentu telah memacu emosi alumni 212 yang dulu begitu gencar mendemo Ahok tatkala kasus penistaan agama memanas. Bukan hanya alumni 212, tokoh-tokoh publik seperti Fadli Zon dan Hilmi Firdausi menilai apa yang dikatakan oleh Ahok perihal kadrun itu adalah sesuatu yang rasis. 

Sangat tidak pantas diungkapkan oleh seseorang sekaliber Komut Pertamina. Apabila Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pernah mengatakan akan mengedepankan etika sebagai landasan utama memilih pemimpin korporasi BUMN, maka semestinya yang dilakukan oleh Ahok ini sudah cukup menjadi alasan pemberhentiannya. Apalagi Ahok juga sudah begitu "lancang" mengkritik Kementerian BUMN dengan menyebut posisi direksi di BUMN diisi oleh orang-orang titipan kementerian. Terasa cukup aneh mengingat Ahok sendiri bisa jadi bagian dari titipan itu.

Erick Thohir dan Ahok | Sumber gambar : idtoday.co / fajar.co.id
Erick Thohir dan Ahok | Sumber gambar : idtoday.co / fajar.co.id
Entah apa motivasi Ahok sebenarnya sehingga mengutarakan hal itu. Terkait dirinya yang menyinggung kata kadrun bisa jadi hal itu karena Ahok masih menyimpan sakit hati "dipenjarakan" gerakan masa 212 tatkala masih menjadi gubernur DKI Jakarta beberapa tahun lalu. Akibat demonstrasi besar-besaran tersebut Ahok terpaksa harus mendekam di penjara. Bukan tidak mungkin rasa sakit hati itu masih membekas sampai sekarang. 

Buktinya beberapa waktu lalu Ahok masih "menyempatkan" diri mengkritisi kebijakan Anies Baswedan terkait reklamasi pantai ancol. Padahal tugasnya di Pertamina sendiri masih belum sepenuhnya beres sehingga Pertamina pun dilansir menderita kerugian hingga triliunan rupiah. Apalagi Ahok masih saja membawa-bawa sebutan kadrun yang akan mendemo dirinya sebagai seorang petinggi pertamina. Rasa-rasanya Pak Ahok memang benar-benar sakit hati dengan para "aktivis" itu.

Ahok Versus Erick

Penunjukan Ahok menjadi Komut Pertamina bukannya tanpa halangan samasekali. Bahkan seruan keraguan pun menyeruak disana-sini yang meragukan kapasitas kemampuan Ahok untuk mengurus perusahaan sebesar Pertamina. Namun Erick Thohir selaku Menteri BUMN bergeming terhadap semua keraguan itu. 

Ahok tetap ditunjuk sebagai komut dengan dalih integritasnya cukup mumpuni untuk melakukan hal itu. Tapi apadaya kini justru Ahok begitu beraninya melontarkan kritik dimuka publik terhadap pengelolaan BUMN yang dikomandoi Erick Thohir. Meskipun mengusung narasi kritik dan saran dan disertai tindakan menemui langsung Erick Thohir, tapi pernyataan terbuka Ahok terkesan sebagai serangan dadakan yang lantas diikuti permintaan maaf. Mungkinkah hal itu karena Ahok tersadar telah berbuat salah atau sedang bersilat lidah agar Erick Thohir tetap berbaik hati mempertahankan jabatannya?

Seruan mundur kepada Ahok terkait posisinya saat ini bukan kali ini saja terjadi. Sejak awal ia terpilih sebagai Komut pun banyak yang tidak menghendaki jabatan penting itu untuknya. Dengan kata-kata "kasar" yang belakangan ini terucap kembali dari mulut sang komut, sepertinya desakan mundur akan kembali menguat. Entah sekuat apa Ahok mempertahankan posisinya kali ini. 

Mengingat untuk kasus penistaan agama saja ia begitu kuat bertahan untuk tidak mundur dari kursi gubernur sampai akhirnya kalah dalam kontestasi pilgub DKI Jakarta yang secara "otomatis" menggiringnya ke penjara. Mungkin hanya Erick Thohir yang bisa mengakhiri kearoganan Ahok dengan pernyataan-pernyataannya yang kontroversial itu. Tapi baik Erick Thohir maupun Ahok memiliki "junjungan" yang sama, Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bisa apa Erick kalau "sabdo pandito ratu" mengatakan Ahok akan tetap aman dengan posisinya? Sepertinya publik hanya bisa berdoa agar Ahok lebih bisa mengontrol mulutnya.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun