Selentingan yang terus mengusik posisi Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden masih saja terjadi hingga saat ini. Apalagi dengan kondisi pandemi yang tak kunjung membaik meski sudah beberapa bulan berlalu sejak kasus pertama COVID-19 diumumkan oleh presiden awal Maret 2020 lalu.
Pernyataan Presiden Jokowi baru-baru ini yang menyinggung bahayanya mengencangkan laju ekonomi sedangkan ancaman kesehatan akibat virus corona COVID-19 masih tinggi dinilai sebagian kalangan sebagai sikap yang terlambat. Semestinya hal itu disadari sejak lama, dan bukannya baru sekarang ini.
Tingginya angka infeksi COVID-19 di Indonesia tak ayal membuat beberapa negara lain seperti Malaysia, Hungarian, UEA, hingga Afrika Selatan memberlakukan aturan melarang adanya kunjungan warga negara Indonesia ke wilayahnya demi menghindari penularan.
Indonesia seolah dipandang sebagai ancaman berbahaya bagi negara lain, bukan sebagai mitra yang patut untuk didekati dan dirangkul.
Entah sebagai bentuk keprihatinan atau upaya menghibur diri dari kenyataan yang tengah terjadi saat ini, beberapa orang tertentu berandai-andai apabila presiden Republik Indonesia (RI) adalah Bapak Rizal Ramli (RR). Seorang ekononom senior dan begawan ekonomi Indonesia yang sudah memiliki nama besar serta rekam jejak mumpuni dalam mengatasi problematika bangsa.
Lebih lanjut RR sendiri mengatakan apabila dirinya menjadi presiden maka rakyat akan jauh lebih bangga menjadi petani ketimbang sebagai tukang ojek. Memang ada kesan go digital yang diusung oleh pemerintahan sekarang membuat pelaku transportasi daring seolah lebih diperhatikan ketimbang para petani yang sebenarnya memiliki potensi lebih besar dalam memperbaiki ekonomi bangsa ini.
Bagaimanapun juga kalangan yang berseberangan dengan tata kelola perekonomian yang diusung pemerintah tidak sedikit yang menjadikan RR sebagai "kiblat" pandangan ekonominya.
Selain RR yang berlatar ekonom, opini publik juga sempat mengapungkan narasi "kerinduan" akan presiden berlatar militer yang identik dengan ketegasan.
Apa yang dilakukan para jenderal terdahulu selama mengisi posisi sebagai RI 1 sepertinya masih banyak membekas di hati masyarakat bahwa seorang pemimpin tertinggi haruslah ia yang memiliki "power" besar, penuh komitmen, dan mengusung langkah pasti dalam kinerjanya.
Meski sebenarnya tidak dipungkiri juga bahwa akan selalu ada sisi lemah dari sosok kepemimpinan militer yang pernah terjadi di masa lalu, hanya saja sepertinya sebagian diantara masyarakat kita tengah merindukan sosok seperti itu.
Sudah lima tahun lebih negara ini dipimpin oleh sosok yang sangat berbeda latar belakangnya dengan para presiden terdahulu yang umumnya adalah orang tertinggi dalam kelompoknya seperti pemimpin partai, ulama besar, teknokrat, jenderal militer, dan sejenisnya. Presiden Jokowi dinilai sebagai sosok yang merepresentasikan "wong cilik" dan memiliki latar belakang sebagai "tukang" mebel.