Karier politik beliau yang luar biasa membuat banyak orang terkagum-kagum, terutama pada masa awal-awal kemunculannya. Hanya saja ketika periode berjalan tidak sedikit yang menaruh kekecewaan.
"Asal-usul" beliau yang "hanya" petugas partai hanyalah salah satu pemantik keraguan itu. Ditambah "skill" ala pengusaha mebel jikalau dijadikan rujukan mengelola negara sebesar Indonesia rasa-rasanya kurang pas. Sehingga tidak sedikit yang menganggap kepemimpinan beliau hanyalah mengandalkan pencitraan semu dan klaim kedekatan dengan akar rumput.
Kondisi pandemi yang masih terjadi di Indonesia ini jelaslah butuh penanganan yang tegas dan cepat. Bukan tindakan grusah-grusuh dan kontraproduktif antar satu kebijakan dengan kebijakan yang lain. Sang pemimpin tertinggi haruslah ia yang punya kredibilitas tinggi untuk menggiring kinerja bawahannya dalam satu komando yang terarah, jelas, penuh komitmen, dan sistematis.
Kebijakan maju mundur dan inkonsisten adalah gambaran lemahnya peran pemimpin. Percuma saja memiliki para menteri hebat apabila sang pemimpin tertinggi kurang cakap dalam mengarahkan.
Ibarat sekumpulan singa apabila dipimpin oleh seekor kambing maka para singa itu hanya akan mengembik saja dan kehilangan aumannya. Sehingga setiap pemimpin mestilah bisa menjadi singa yang layak dijadikan panutan para anak buahnya untuk bekerja penuh dedikasi.
Tidak masalah apapun latar belakang sang pemimpin, militer, ekonom, teknokrat, bahkan pengusaha mebel, dan petani sekalipun tetap berhak memimpin bangsa besar ini asalkan memiliki sikap yang tepat sebagai pemimpin.
Mampu menjadi singa yang memimpin armadanya, menunjukkan auman sehingga meskipun anak buahnya "kambing" sekalipun tetap bisa mengaum lantang hingga ke negeri seberang.Â
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H