Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Bodoh Prediksi Akhir Pandemi

8 September 2020   11:26 Diperbarui: 8 September 2020   11:23 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pandemi COVID-19 di Indonesia | Sumber gambar : kompas.com

Saat awal-awal pandemi COVID-19 menyeruak dan menyerang berbagai negara di dunia, beberapa kalangan ramai-ramai membuat tebakan terkait kapan pandemi tersebut akan berakhir. Sebuah model matematis dirumuskan dan disimulasikan untuk memprediksi waktu-waktu kritis dari peristiwa pandemi tersebut, mulai dari kapan pandemi akan mencapai titik puncak hingga kapan akan melandai dan mencapai titik akhirnya. Beberapa lembaga penelitian yang ada didalam dan diluar negeri menyampaikan prediksinya dengan berbagai skenario. 

Ada yang menebak bahwa April 2020 yang lalu akan menjadi akhir pandemi. Ternyata meleset. Kemudian muncul prediksi lain bahwa bulan Juni 2020 adalah puncak dari masa pandemi. Pemerintah pun demikian optimis kala itu hingga memperkenalkan narasi "new normal". Bahkan libur lebaran yang digeser akhir tahun 2020 ini sedianya coba dimajukan kembali saat Hari Raya Idhul Adha. Hanya saja realitas dilapangan menunjukkan kondisi yang masih jauh dari ideal.

Pandemi masih menunjukkan angka tren tinggi penularan. Prediksi akhir pandemi terus saja mundur dari perkiraan. Simulasi demi simulasi yang dilakukan tidak ada yang benar-benar merepresentasikan kondisi yang sebenarnya. 

Dan sepertinya belakangan ini tidak ada lagi pusat riset yang berani mengumbar harapan akhir pandemi melalui prediksinya. Sekarang sepertinya semua sepakat bahwa akhir pandemi hanya akan terwujud apabila vaksin anti virus telah diproduksi masal dan mengimunisasi khalayak luas. Tanpa hal itu maka akhir pandemi tidak akan terjadi dengan sendirinya.

Dulu kita sepertinya begitu penasaran dan penuh harap untuk tahu kapan kiranya COVID-19 berhenti menjangkiti kesehatan masyarakat dunia. Sehingga setiap prediksi menjadi begitu menarik diperhatikan, setiap ramalan pun ramai diperbincangkan. 

Akan tetapi setelah lebih dari 6 bulan berlalu dan kondisi masih belum menampakkan kondisi yang jauh lebih baik, kita sepertinya tidak peduli lagi dengan narasi-narasi harapan itu. Setiap perkiraan akhir pandemi tak lebih dari sebuah upaya putus asa untuk menghibur diri bahwa situasi bisa kembali membaik di masa yang akan datang. Entah kapan.

Selama beberapa waktu benak kita mungkin diliputi oleh pertanyaan terkait kapan pandemi ini akan berakhir. Seiring berjalannya waktu pertanyaan yang muncul itu sepertinya mulai berganti. Kita mulai menanyakan apakah diri kita mampu melewati masa-masa seperti ini dalam kurun waktu yang entah sampai kapan akan berakhir. 

Kita semakin abai dengan prediksi akhir pandemi. Berharap agar vaksin segera dirilis. Berharap agar COVID-19 menghilang dengan sendirinya. Berharap bahwa kita akan menjadi satu dari sekian orang yang selamat dan terhindar dari infeksi virus mematikan ini. Semakin hari ancaman lain turut bermunculan mengiringi ancaman terhadap kesehatan. 

Ekonomi sudah pasti menjadi sektor yang sangat terpukul karenanya. Dan hampir semua negara di dunia kini tengah berjibaku untuk menyelamatkan sektor itu. Kesehatan dan ekonomi tengah diupayakan untuk diselamatkan secara beriringan. Namun hasilnya sepertinya masih jauh dari harapan.

Diantara kita mungkin sampai saat ini masih ada yang penasaran dan terus bertanya-tanya kapankah pandemi ini berakhir. Beberapa kali mencari berita dan membaca informasi dari pihak-pihak yang meyakini pandemi berakhir pada waktu tertentu. Hasilnya? Tidak ada yang bisa menggaransi kapan pandemi ini akan berakhir. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekalipun tidak berani memberikan prediksi optimisnya. Lagipula memang tidak perlu juga mencari-cari prediksi semacam itu. Tugas kita hanya mengupayakan cara agar bagaimana bisa tetap eksis ditengah kondisi pandemi. Tetap sehat diantara lingkungan penuh ancaman terhadap kesehatan. Bagaimanapun juga cara terbaik meramalkan masa depan adalah dengan merencanakannya. Dan setiap rencana butuh tindakan. Setiap tindakan perlu dievaluasi. Masalahnya, apakah kita sudah menempuh upaya itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun