Belum benar-benar usai pandemi COVID-19 di China, khususnya wilayah Provinsi Hubei yang menjadi titik nol kemunculan virus pengheboh dunia itu serta beberapa provinsi lain yang dilalui oleh airan sungai Yangtze kembali harus merana akibat banjir yang dipicu luapan air dari sungai tersebut.Â
Sungai meluap dengan ketinggian yang lebih dari biasanya. Danau Poyang mengalami peningkatan debit air yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu dengan ketinggian air 22.65 meter atau jauh melebihi tingkat waspada yaitu 19.5 meter.Â
Akibat kondisi ini pemerintah provinsi meningkatkan level penanganan banjir dari tingkat II ke tingkat I atau level siaga tertinggi dari empat tingkat yang ditetapkan.
Hujan tanpa henti yang mengguyur sebagian wilayah China membuat beberapa kota di sepanjang sungai Yangtze memperingatkan kemungkinan terjadinya banjir tinggi.Â
Beberapa tempat bahkan sudah terendam banjir sejak beberapa waktu lalu. Ratusan orang dikabarkan telah dievakuasi akibat bencana banjir yang terjadi.Â
Sekitar 141 orang dikabarkan meninggal dunia atau hilang sejak medio Juni 2020 lalu hingga sekarang (13/07). Puluhan ribu rumah hancur akibat sapuan banjir.Â
Curah hujan tinggi yang menjadi penyebab banjir besar di beberapa wilayah China saat ini merupakan yang tertinggi kedua sejak 1961 lalu, namun disebut-sebut sebagai salah satu banjir terparah yang pernah menerpa daratan China.
Tapi apakah bencana banjir besar ini murni merupakan imbas dari peristiwa alam biasa yang terjadi akibat iklim bumi yang semakin kacau? Atau bisa jadi hal ini merupakan efek dari teknologi rekayasa cuaca yang dilakukan oleh negeri seteru China, Amerika Serikat (AS)?Â
Terkait situasi pertama dimana banjir besar China terjadi sebagai dampak dari perubahan iklim dunia hal ini sangatlah mungkin. Berkaca pada banjir besar yang dialami kawasan Jakarta dan sekitarnya pada awal tahun 2020 ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan bahwa tingginya curah hujan kala itu adalah akibat dari perubahan iklim yang terjadi belakangan ini.Â
Salah satu hal yang paling berperan terhadap perubahan iklim dunia ini adalah pemanasan global. Industri yang terus bertambah, bahan bakar fosil yang masih gencar dipergunakan, kendaraan berbahan bakar minyak bumi yang masih mendominasi, dan beberapa hal sejenis lainnya turut memiliki andil terhadap permasalahan ini.Â
Belum lagi penggundulan hutan hingga penebangan liar yang membuat sebagian paru-paru dunia mengalami kegersangan. Alam mengalami ketidakseimbangan seiring ekspansi besar-besaran umat manusia dalam mengeksplorasi kekayaan alam di dunia. Imbasnya secara tidak langsung dirasakan oleh dunia melalui berbagai bencana yang terjadi selama beberapa tahun terkahir ini.