Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

TikTok di Antara Narsisme dan Spionase

10 Juli 2020   13:43 Diperbarui: 10 Juli 2020   13:42 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi TikTok | Sumber gambar : www.voaindonesia.com / Reuters

Aplikasi TikTok sudah begitu populer di dunia, termasuk Indonesia. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa sudah tidak asing lagi dengan platform ini. Para artis hingga orang warga pinggiran sekalipun sudah terbiasa menggunakannya.

Mereka yang sebelumnya tidak terkenal bisa seketika menjadi artis tersohor oleh karena TikTok. Menguji kreativitas, promosi bisnis, sampai sikap narsisme adalah hal-hal yang terfasilitasi oleh aplikasi asal negeri tirai bambu China ini.

Tapi beberapa waktu lalu Negara India, yang merupakan pangsa pasar tertinggi pengguna aplikasi ini, tiba-tiba memutuskan untuk melarang aplikasi tersebut. TikTok "diusir" dari tanah hindustan terkait tudingan membahayakan keamanan negara.

Keputusan pelarangan TikTok tersebut sebenarnya tidak terjadi secara tiba-tiba. Hal itu merupakan buntut dari sengketa perbatasan antara India dengan China beberapa waktu lalu yang berujung pada aksi saling serang prajurit perbatasan kedua negara dan menewaskan cukup banyak korban jiwa. Pemerintah India tidak terima dengan situasi tersebut dan mulai meningkatkan konfrontasi dengan China.

Apes bagi TikTok, ia menjadi "korban" atas konflik kedua negara yang sebenarnya sudah berlangsung sejak lama itu. Bukan hanya TikTok, beberapa aplikasi lain yang berasal dari China dan beroperasi di India juga mendapatkan perlakuan serupa.

TikTok yang berbasis aplikasi video disinyalir menjadi pintu bocornya data-data penting negara dan riskan diamanfaatkan pihak China untuk menunjang kepentingannya. TikTok dianggap berpotensi menjadi sarana penunjang aktivitas spionase di negara-negara yang mempergunakan aplikasi tersebut. 

Sebenarnya TikTok bukan kali ini saja diblokir di India. Pada periode awal kemunculannya pun aplikasi sudah dianggap terlarang oleh pemerintah karena menciptakan kecanduan pada penggunannya. Sehingga mau tidak mau harus dilarang.

Di Indonesia pun TikTok juga sempat mengalami masalah serupa seiring merebaknya konten berbau pornografi menyebar melalui aplikasi ini. Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkoinfo) bertindak cepat dengan memblokir TikTok dari peredaran. Hingga kemudian dibuka kembali pasca teratasinya masalah pornografi tersebut.

Di "kehidupannya yang kedua", TikTok justru semakin digemari di Indonesia dan beberapa negara besar lain. Amerika Serikat (AS) yang menjadi rival perang dagang China pun tidak sedikit warganya yang kegandrungan menggunakan aplikasi tersebut. Seiring tensi hubungan kedua negara yang semkain memanas akibat perang dagang hingga tudingan COVID-19, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tidak menutup kemungkinan bahwa TikTok akan dilarang penggunaannya di AS.

Situasi konflik yang menghaadpkan India dengan China atau AS dengan China berimbas pada kesensitifan informasi. Detail informasi kecil bisa sangat berbahaya bagi negara yang memiliki kepentingan atas negara lainnya.

TikTok yang mulanya menjadi bagian dari upaya narsisme para generasi muda perlahan mulai diseret dalam aktivitias spionase rahasia negara. Begitu berharganya data sampai-sampai media pengumpul data seperti TikTok ini mendapatkan porsi perhatian besar pada level keamanan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun