Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Profesi Terancam Punah, Ini yang Mesti Dilakukan

24 Juni 2020   07:52 Diperbarui: 24 Juni 2020   07:43 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca artikel di Kompasiana yang menjabarkan beberapa profesi yang kemungkinan tergerus oleh zaman atau dalam istilah kekiniannya terdisrupsi. Beberapa jenis profesi seperti petugas pintu tol, pengayuh becak, loper koran, teller bank, dan beberapa jenis profesi lain dalam beberapa tahun mendatang kemungkinan akan hilang dari peredaran. 

Dunia yang semakin canggih membuat beragam pekerjaan bisa dituntaskan oleh suatu hal saja sehingga segala sesuatu menjadi jauh lebih ringkas. Permasalahannya yang ringkas dan efisien itu ternyata juga memakan "korban". Profesi atau pekerjaan lama yang telah lebih dulu eksis terpaksa harus tersingkir oleh karena tidak dibutuhkan lagi. 

Kalaupun masih ada kemungkinan yang menggunakan jasa mereka jumlahnya sudah sangat jauh berkurang. Dengan kondisi semacam itu lantas apakah kita yang termasuk sebagai pelaku profesi tersebut hanya bisa pasrah terhadap keadaan? Tidak adakah sesuatu yang bisa dilakukan untuk menjadikan diri kita ini tetap berdaya ditengah perubahan besar yang menghinggapi zaman ini?

Disrupsi adalah keniscayaan, dan hal itu bukan saat ini saja terjadi. Sejak masa peradaban awal hingga sekarang dunia terus-menerus berubah. Menenggelamkan peradaban lama dan diganti oleh peradaban baru yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman. Saat dahulu kita mengenal Kodak selaku perusahaan terbesar di bidang fotografi, kini keberadaannya seolah hilang tak berbekas. 

Ia tergusur oleh foto dengan teknologi digital. Rol film selaku produk andalannya pun tak lagi dilirik oleh konsumen. Demikian juga dengan kisah produksi rekaman lagu-lagu para musisi. Piringan hitam, kaset, DVD, hingga akhirnya berformat digital. Industri percetakan buku lambat laun juga bernasib serupa. 

Sebagian orang sudah beralih menggunakan e-book. Akibat dari pergeseran gaya hidup itu maka sebagian profesi yang bergantung terhadapnya juga terkena dampaknya. Hanya sebagian diantara kita dengan kemampuan beradaptasi terbaiklah yang mampu bertahan melalui masa-masa perubahan itu.

Ketika profesi lama hilang apakah dengan begitu saja kita bisa berganti haluan pada profesi yang baru? Disatu sisi hal itu bisa jadi merupakan suatu keharusan. Namun disisi yang lain mengubah arah profesi tidaklah semudah yang dikira. Belajar keterampilan baru, sudut pandang baru, pendekatan baru, dan lain sebagainya. 

Butuh upaya lebih untuk mencapainya. Belum lagi keberadaan "pemain" lama yang mungkin saja tidak "ramah" menyambut kedatangan kita. Sehingga apabila kita ingin terus eksis di dunia baru ini maka kita juga harus bisa memberikan sisi kebaruan dari profesi tersebut sehingga para pengguna profesi itu merasa bahwa kitalah opsi terbaik untuk dipilih.

Kita sering membicarakan juga beberapa profesi yang kemungkinan akan bersinar di masa yang akan datang. Profesi yang akan digandrungi banyak orang untuk menjalani era baru ini. Profesi-profesi seperti programmer, desainer, ahli data, penulis konten, digital marketer, praktisi kesehatan dinilai memiliki peluang itu. 

Menilik profesi yang dijalani saat ini mungkin tidak sedikit dari kita yang merasa profesi-profesi "masa depan" itu amat jauh dari jangkauan. Bagaimana mungkin kita menuju kesana sedangkan basic knowledge kita tidak ada samasekali? Bagaimana cara kita membangun transisi atas profesi kita saat ini dengan profesi masa depan kita? Dibutuhkan beberapa hal untuk menyikapi kondisi ini secara tepat.

1. Disruptive Mindset atau Growth Mindset

Saat ini kita tidak bisa lagi berfikir kolot, kaku, dan terbelenggu oleh cara pandang di masa lalu. Merupakan keharusan bagi kita untuk berfikir kreatif, terbuka terhadap realitas yang terjadi di sekitar, dan berani menatap perubahan. Hal ini penting sebagai cara pandang kita melihat dunia yang telah berubah. Sekarang tidaklah sama dengan yang dulu. Ini yang mesti harus disadari. Kita tidak bisa lagi menggunakan cara-cara lama untuk eksis di era yang baru. Harus ada sikap yang berbeda. Pola pikir kita mengawali itu semua.

Masih banyak sekali rahasia yang belum tersingkap di kehidupan ini. Termasuk dengan profesi. Kita tidak pernah tahu ada profesi apalagi di depan yang muncul dan tampak begitu berbeda dibandingkan sekarang atau dahulu. Tugas kita adalah selalu berorientasi terhadap sesuatu yang baru dan mungkin belum pernah terfikirkan oleh orang lain. Berfikir pioner, inovator, dan think different. Apabila terkait pemikiran ini sudah kita miliki maka kita bisa melangkah pada tahap selanjutnya.

2. Melihat, Membaca, dan Mendengar Realita

Kita harus mencoba untuk tahu apa gerangan yang sedang terjadi pada dunia sekitar kita saat ini. Jangan pernah beranggapan hari ini adalah sama dengan setahun yang lalu, lima tahun lalu, atau bahkan sepuluh tahun yang lalu. Zaman berkembang dengan kecepatan eksponensial dan membuat kita bisa sekejap tertinggal oleh perubahan demi perubahan yang terjadi. 

Oleh karena itu penting bagi kita untuk membuka diri terhadap pergaulan sebagai salah satu pintu masuknya informasi atas perubahan yangterus-menerus terjadi itu. Berdiskusi dengan mereka yang lebih terbuka terhadap zaman memberi kita wawasan baru. Semakin luas jaringan yang kita tebar maka hal itu akan memberikan efek positif bagi diri kita. 

Mengapa menjalin silaturahmi dinilai penting? Inilah salah satu manfaatnya. Jangan terkungkung oleh pergaulan yang itu-itu saja yang hanya membuat kita pemahaman terbatas. Tidak ada larangan bagi seorang pekerja pabrik untuk menjalin relasi dengan mereka yang menggeluti dunia fashion. Tidak ada larangan juga bagi seorang guru untuk berbaur dengan pecinta seni. Dunia terbuka untuk segala akses profesi.

Seiring wawasan yang terus bertambah hal itu semestinya membuat kita memahami semuanya dengan lebih luas. Kita bisa melihat celah peluang dari zaman yang terus berkembang ini. bukan tidak mungkin akan lahir profesi baru dengan perpaduan beberapa profesi lain atau menjadi warna baru yang menjadi penjembatan atas profesi lainnya. Semakin banyak kita melihat, membaca, dan mendengar realitas sekitar maka kita akan mendapatkan sebuah cara baru untuk dijalani. Hal inilah yang kelak bisa kita eksekusi sebagai upaya kita melalui zaman baru ini.

3. Bergerak dan Beraksi

Sesuatu yang baru umumnya tidak langsung disambut positif dan antusias oleh semua pihak. Saat Gojek pertama kali muncul, ia tidak lantas dilirik banyak kalangan dan dijadikan sebagai andalan untuk menopang banyak kebutuhan seperti sarana tranportasi, delivery oorder, dan sejenisnya. 

Namun ketika Gojek menemukan momennya, ia berkembang dengan begitu cepat dan luar biasa. Dalam waktu singkat valuasinya bahkan melebihi perusahan-perusahaan besar seperti Garuda, Pertamina, dan sebagainya. Ada sebuah periode dimana kita harus memulai untuk melangkah dengan situasi yang mungkin menjadikan kita seperti terabaikan.

Orientasi berfikir kebaruan, dipadu dengan kemampuan melihat peluang dari realita dunia yang terjadi akan mendorong kita melahirkan sesuatu yang baru. Profesi yang sebelumnya tidak pernah kita pikirkan bisa seketika menarik untuk dijalani oleh karena keyakinan besar yang kita miliki dibalik itu. Sulit pada awalnya, tapi dengan terus mempersiapkan diri mengasah kemampuan dan terus belajar maka profesi baru itu lambat laun akan berhasil dikuasai. Terus saja melangkah, terus saja bergerak, beraksi.

4. Tuntaskan Apa yang Sudah Dimulai

Kita yang mengawali dan kita juga yang seharusnya mengakhiri. Saat kita sudah memutuskan untuk berubah, mengasah keterampilan baru yang bisa diandalkan dimasa depan, maka kita harus berdedikasi dan menjaga komitmen diri terhadap hal itu.  Tidak ada alasan untuk mundur ke belakang. Kesulitan mungkin menghadang, demikian juga ancaman kegagalan mungkin terus membayang. 

Berada di zona baru yang sebelumnya tidak kita kenali memang bukan perkara mudah. Tapi demi sebuah keberlangsungan jangka panjang maka kita harus tetap berjuang. Tuntaskan.

Melalui keempat sikap ini seharusnya kita memiliki bekal yang lebih dari cukup untuk mengarungi zaman yang telah berubah ini. Bukan waktunya kita menyesal dan berandai-andai terhadap profesi kita saat ini dan memandang sinis orang lain yang kebetulan sudah berada pada jalur yang tepat. 

Profesi yang dinilai bisa bertahan untuk beberapa waktu ke depan. Tugas kita adalah memastikan diri bisa menyusul mereka yang telah lebih dulu tiba. Disrupsi akan selalu membayang dan bisa terjadi kepada siapapun. Sebaiknya kita semua apapun latar belakang profesinya senantiasa untuk bersiap diri untuk menyikapai semua itu dengan cara yang terbaik.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun