Kemarin (02/06) melalui laman twitter miliknya politisi Partai Gerindra, Fadli Zon, mengunggah cuitan yang menyebut bahwa masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China dengan dalih transfer teknologi sebagai bentuk penghinaan terhadap akal sehat. Dengan kata lain ia seakan ingin mengatakan bahwa alasan itu adalah sebuah upaya pembodohan publik untuk membenarkan izin masuknya TKA China untuk bekerja di Indonesia.
Cuitan tersebut merupakan tanggapan Fadli Zon atas cuitan senada dari kompatriotnya, Muhammad Said Didu. Dalam unggahannya melalui laman twitter-nya Said Didu mengkritisi kebijakan pemerintah yang mengizinkan masuknya investasi pemodal asal China untuk pertambangan nikel di dalam negeri yang dibarengi dengan adanya alih teknologi dari China untuk Indonesia.
Padahal menurutnya Indonesia sendiri sebenarnya sudah berpuluh-puluh tahun sebelumnya bisa memproduksi sendiri nikel tanpa bergantung pada negara lain.
Juru bicara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan investasi, Jodi Mahardi, menyebutkan bahwa pada periode akhir Juni atau awal Juli 2020 akan masuk sekitar 500 TKA China ke Indonesia untuk mempercepat pembangunan smelter nikel di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Diharapkan nantinya smelter nikel yang dibangun dengan dukungan TKA China tersebut bisa membuatnya lebih ekonomis, cepat, serta memiliki standar lingkungan yang baik.
Setelah smelter tersebut rampung dibangun dan siap beroperasi maka TKA China akan kembali lagi ke negaranya. Untuk selanjutnya pekerjaan akan dilanjutkan tenaga kerja lokal.
Pertanyaannya sekarang, benarkan realitas di lapangan akan menunjukkan fakta demikian? Hal inilah barangkali yang dikhawatirkan oleh Fadli Zon dan Said Didu melalui cuitannya baru-baru ini.
Apabila niatan pemerintah mendatangkan TKA China semata didasari atas tujuan jangka panjang yang lebih strategis, terutama dalam upaya menyerap tenaga kerja lokal yang lebih banyak lagi maka hal itu tentu perlu diapresiasi.
Tapi selama hal itu belum benar-benar terlaksana maka cek dan ricek perlu tetap dilakukan. Jangan sampai TKA China itu "kebablasan" menjalankan karir kerjanya disini sehingga lantas menggerus kesempatan pekerja lokal untuk berkarya.
Fadli Zon dan Said Didu patut diapresiasi dengan kekritisannya terhadap kebijakan pemerintah mendatangkan TKA China sehingga publik menjadi tahu bahwa ada pekerjaan strategis di negeri ini yang dikerjakan oleh tenaga kerja dari luar.
Hal ini sekaligus menjadi pembelajaran bahwa apabila di kemudian hari terdapat proyek serupa maka seharusnya putra putri Bangsa Indonesia sendirilah yang mesti menuntaskannya.