Nenek moyang bangsa Indonesia konon kabarnya adalah seorang pelaut hebat pada zamannya. Indonesia pun tercatat dalam sejarah sebagai sebuah negara maritim tanggung.
Tidak mengherankan jikalau saat ini ada sebagian dari anak cucu bangsa ini yang menjalani profesi sebagai seorang pelaut. Berlayar ke tengah samudera melewati terpaan ombak dan badai nan dahsyat. Biarpun hal itu sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di kapal milik bangsa lain.
Menjadi bagian dari sebuah tim pelayaran yang menjalani sebuah "misi" mengarungi lautan seringkali dianggap sebagai sebuah petualangan yang luar biasa.
Misi mengarungi samudera yang dilakukan para penjelajah lautan di masa lalu telah membuahkan hasil seperti penemuan benua-benua baru, menjamah tanah tak berpenghuni, dan meninggalkan kisah-kisah yang menginspirasi banyak orang.
Film garapan Hollywood seperti "Pirates of The Caribbean" merupakan salah satu gambaran tentang petualangan para "pecinta" lautan. Dan dalam serial anime populer berjudul "One Piece" kisah perjalanan mengarungi lautan juga digambarkan penuh dengan kisah-kisah petualangan nan heroik.
Para ABK yang berada dibawah komando Luffy si Topi Jerami begitu antusias menaklukkan tantangan demi tantangan yang datang menghadang rombongan bajak laut Topi Jerami.
Singkat kata, menjadi bagian dari ABK kapal legendaris "Black Pearl", "Going Merry", "Thousand Sunny Go", dan lain sebagainya menjanjikan kisah yang patut untuk dikenang. Apalagi didalamnya juga terdapat kisah suka duka dalam kebersamaan yang menjadikan orang-orang didalamnya sebagai sebuah keluarga baru.
Tapi, itu di dalam film. Bagaimana dengan realitas?
Sebuah pemberitaan yang mengemuka baru-baru ini perihal dugaan adanya tindakan eksploitasi serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) ABK asal Indonesia yang dilakukan oleh pengelola kapal ikan asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau China menjadi potret muram bahwa menjadi penjelajah lautan tidak selalu menghadirkan kisah menyenangkan nan inspiratif.
Justru kisah kesedihan dan pilu yang terekam dibalik realitas dilarungnya jenazah ABK Warga Negara Indonesia (WNI) yang meninggal di tengah lautan. Sebagaimana dilansir oleh BBC Indonesia, terdapat dugaan adanya perlakuan tidak layak dan juga penyiksaan kepada para ABK WNI di kapal ikan Long Xing.
Pemerintah Indonesia sendiri melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mendesak China agar mengusut tuntas dugaan tindak pelanggaran yang merugikan para ABK WNI tersebut.