Dalam laman disway.id Dahlan Iskan pernah menyebut bahwa ada sekitar 10 jenis obat penyembuh COVID-19 yang diizinkan penggunannya di China. Seperti Avigan, Chloroquin, hingga obat temuan negara China sendiri yang bernama Carrimycin.Â
Tapi apakah obat-obat itu juga sudah dimanfaatkan oleh negara-negara lain yang merasakan keganasan serangan COVID-19? Sebagian informasi lain menyebutkan bahwa di WHO sendiri sudah masuk data perihal pengujian tahap lanjut dari penemuan vaksin antivirus buatan China, yang sejauh ini masih menunggu hasil pengujian.Â
Disisi lain, negara seperti Amerika Serikat (AS) juga berupaya untuk melakukan upaya serupa meski dalam skala capaian yang berbeda.Â
Ada kesan bahwa setiap negara berupaya untuk kebutuhan negaranya saja tanpa menghiraukan nasib negara lain. Upaya penanganan COVID-19 tak lebih dari upaya individualistis dengan mengedepankan prinsip asal bangsa sendiri aman dan biarkan bangsa lain mengurusi nasibnya sendiri.
Padahal saat ini kita sedang menghadapi pandemi, bukan kompetisi yang beradu siapa yang cepat dia yang menang dan berstatus lebih unggul dari bangsa lain.Â
Bukan itu. Semestinya setiap negara saling berkolaborasi, bertukar informasi, dan bekerja secara paralel berdasarkan informasi-informasi penting yang diperoleh dari berbagai penjuru dunia.
Tindakan seperti yang dilakukan Donald Trump dengan menuding China atau negara lain berperan atas terjadinya pandemi ini semestinya tidak perlu terjadi. Bagaimanapun juga pandemi sudah menjangkit dan semestinya kita bahu membahu untuk menuntaskan masalah ini bersama-sama.Â
Seiring dengan sikap Trump yang "ngasal" itu, justru hal itu membuat negara lain berlaku defensif. Membuat harmoni yang menjadi landasan dalam bersinergi mengalamai kacau balau.Â
Bumbu perang dagang yang sebelumnya menyeruak semakin membuat upaya penanggulangan pandemi menemukan jalan terjal. COVID-19 sendiri "bersatu" sehingga mampu memporak-porandakan seluruh negara di dunia.Â
Lantas apakah kita tetap akan berupaya sendiri-sendiri untuk mengatasinya? Jikalau seandainya ada sebuah negara yang berhasil menuntaskan masalah COVID-19 di negaranya, hal itu tidak membuat mereka serta merta aman dari ancaman virus apabila negara lain masih mengidap masalah yang sama.Â
Akan ada suatu masa ketika virus itu kembali masuk ke negara-negara "bersih" tersebut melalui celah-celah yang ada. Oleh karena itu jalan keluarnya hanya satu, tuntaskan secara bersama-sama.