Musim virus. Demikian beberapa orang menyebut periode pandemi yang sekarang ini terjadi. Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia turut merasakan dampak negatif dari persebaran virus corona Covid-19. Virus yang sejauh ini disebut-sebut berasal dari daratan China kemudian meluas ke segenap penjuru dunia.Â
Biarpun kemudian muncul sangkalan bahwa COVID-19 sebenarnya bermula dari luar China, tapi kita semua mengetahui bahwa huru-hara virus corona ini bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Sehingga tidak mengherankan apabila banyak yang menyebut negeri tirai bambu sebagai yang mengawali pandemi ini.
Beberapa waktu berlalu sejak pandemi ini mencapai puncaknya di China, situasi di negara kaya itu perlahan semakin membaik. Pereknonomian kembali berdenyut. Lockdown telah dicabut. Kini China bukan lagi menjadi negara dengan kasus kematian tertinggi dunia akibat COVID-19.Â
Status itu telah "direbut" oleh Amerika Serikat (AS), "musuh" bebuyutan China. Bahkan sebelumnya status China sudah terlebih dahulu disalip oleh negara eropa seperti Italia atau Prancis. China bukan lagi menjadi negara yang dijauhi negara lain oleh karena takut tertular virus, tapi merekalah kini yang justru khawatir akan masuknya virus dari luar ke negaranya.
Amunisi Tangkal COVID-19
China memang bergerak cepat dalam menangkal pandemi ini. Selain menjadi negara pertama yang menerapkan lockdown, mengunci mati seluruh aktivitas di negaranya demi menekan laju persebaran COVID-19, China juga merupakan negara yang getol mengadakan riset untuk menemukan obat penawar COVID-19.Â
Sejauh ini bahkan pemerintah China sudah menetapkan sekitar 10 jenis obat untuk membasmi COVID-19. Salah satunya yang bernama Carrimycin bahkan merupakan temuan negeri panda sendiri. Berbeda dengan beberapa obat lain seperti Avigan, Chloroquin, atau Hydroxychloroquine yang telah lebih dahulu populer sebagai obat penangkal virus corona COVID-19. Obat-obat tersebut adalah obat penyembuh bagi mereka yang sudah "terlanjur" terinfeksi sehingga bisa sembuh kembali.
Lebih jauh lagi, China juga menjadi negara terdepan yang menunjukkan perkembangan paling signifikan dalam membuat vaksin antivirus. Vaksin ini berfungsi untuk melindungi mereka yang sehat agar tidak terpapar oleh COVID-19. Untuk imunisasi. Demikian mungkin istilah populernya. Vaksin tersebut dibuat oleh salah seorang profesor militer cerdas negeri panda, Profesor Chen Wei. Vaksin tersebut kini sudah memasuki uji klinis tahap dua. Tercatat di WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia.
Yang lebih mengejutkan lagi, diam-diam China ternyata juga mengembangkan vaksin sejenis lainnya yang bahkan tahapannya selangkah lebih maju ketimbang milik Prof Chen Wei. Vaksin yang bahkan WHO sendiri belum tahu menahu tentangnya. Vaksin baru ini sudah memasuki tahap akhir uji klinis atau tahap ketiga. Atau tinggal selangkah lagi memenuhi syarat untuk diedarkan.Â
Meski sebenarnya dalam kondisi darurat seperti pandemi yang terjadi sekarang, uji klinis sangat mungkin hanya pada tahap dua saja lantas kemudian diedarkan ke publik, akan tetapi disini kita bisa melihat bahwa China telah berada beberapa langkah di depan. AS saja yang terkenal dengan teknologinya itu masih sebatas menunggu hasil uji klinis tahap pertama. Indonesia? Entah.
China mungkin menjadi negara yang mengawali pandemi ini. Terlepas dari teori konspirasi apapun yang berada di belakangnya. Dan sepertinya tidak lama lagi China juga akan kembali menjadi yang pertama sebagai pihak yang bisa mengakhiri periode sulit akibat COVID-19 ini.Â
Mereka sudah memiliki amunisi yang memadai untuk itu. Obat COVID-19 dan vaksin anti COVID-19. Tinggal menyempurnakannya saja. Tercatat selama beberapa waktu terakhir ini tidak terdengar lagi berita kematian akibat COVID-19 di China. Mungkin hanya penambahan beberapa pasien baru terinfeksi yang masuk dari luar. Dan itu pun sepertinya bisa ditangani dengan cepat.