Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Status Karyawan Kontrak Hambat Jalinan Kekeluargaan di Tempat Kerja?

18 Maret 2020   09:34 Diperbarui: 18 Maret 2020   09:44 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.qerja.com

Dunia kerja adalah "sisi lain" dari kehidupan kita. Bahkan bisa dikatakan sebagian besar waktu kita dihabiskan untuk menjalani rutinitas kerja sehari-hari. Waktu kita lebih banyak dipergunakan untuk bersua rekan-rekan kerja dibandingkan sanak kerabat sendiri. Dalam hal inilah lingkungan kerja menjadi begitu penting untuk memberikan rasa nyaman bagi orang-orang yang ada didalamnya. Kinerja seorang pekerja bisa sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan kerjanya. Semakin nyaman maka akan memberikan dampat lebih baik terhadap produktivitas kerja seseorang.

Sebuah lingkungan kerja sayogyanya menjadi keluarga kedua bagi semua karyawan. Setiap pemimpin ibarat ayah atau ibu yang mengayomi anak buahnya. Sesama rekan kerja adalah saudara yang mesti bisa menghormati dan menyayangi satu sama lain. Setiap masalah bisa dituntaskan ketika semua pihak saling bekerja sama dan menuntaskannya dalam semangat kekeluargaan. Kompromi, sinergi, dan menghindari sikap saling menyalahkan satu sama lain. 

Tidak sedikit organisasi bisnis yang begitu tinggi angka turn over karyawannya oleh karena lingkungan kerja tidak nyaman untuk dijalani. Kondusivitas kerja jauh panggang dari api. Semangat inilah yang akhirnya seringkali digaungkan oleh banyak pihak, meski bukan perkara gampang untuk merealisasikannya.

Salah satu hal yang diperlukan agar ikatan kekeluargaan bisa terjalin adalah munculnya rasa saling percaya antara satu karyawan dengan karyawan lain. Memiliki semangat saling membantu tatkala membutuhkan dan dibutuhkan. Situasi ini membutuhkan totalitas dari setiap pribadi untuk mencurahkan energi dan perasaannya terhadap pekerjaan. Namun, hal itu akan terasa sulit dilakukan tatkala salah seorang atau beberapa orang karyawan masih mengkhawatirkan status kekaryawanannya. 

Setiap pekerja atau karyawan tentu berharap memiliki lingkungan kerja yang safety dalam artian memberinya kepastian akan hari depan. Dalam bahasa sederhananya yaitu berstatus karyawan tetap. Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau setiap orang berprofesi karyawan mendambakan kejelasan status pekerjaannya. Sangat tidak mengenakkan tentunya berada dalam ketidakpastian status karyawan kontrak yang bisa sewaktu-waktu diberhentikan oleh perusahaan, tidak diperpanjang kontraknya, atau di-PHK tanpa pesangon sepeserpun. Dalam pandangan seorang karyawan, memiliki status karyawan tetap adalah "segalanya".

Apabila dalam sebuah tim kerja perusahaan terdapat satu atau lebih karyawan yang merisaukan status kontrak yang dimilikinya, bukan tidak mungkin hal itu akan membatasinya untuk membaur dengan karyawan yang lain. Kalaupun membaur, hal itu bisa jadi hanya formalitas semata sehingga tujuan dari membaur yaitu untuk mengakrabkan jalinan kekeluargaan menjadi terhambat. 

Mungkin ada sebagian pekerja berstatus kontrak yang tetap bisa menyatu dengan karyawan lain. Hanya saja ketika tiba-tiba ada kebijakan yang mengharuskan dirinya pergi dari keluarganya maka hal itu tentu terasa sangat menyakitkan. Bukan hanya bagi sang karyawan itu saja, tetapi juga bagi satu kesatuan tim kerja yang sudah menjadi keluarga tersebut. Akibatnya, dalam periode selanjutnya hubungan kekeluargaan yang dirajut akan mengalami kendala.

Para karyawan berstatus kontrak bisa jadi memiliki orientasi sebatas kerja, kerja, dan kerja. Aspek lain seperti kegiatan informal antar karyawan dirasa tidak penting. Setiap pertemuan yang dimaksudkan untuk menjalin keakraban antar karyawan cenderung dipandang remeh karena menganggap disana bukan tempat yang layak untuk memberikan energi secara total. Lain kiranya ketika semua prasangka itu hilang. Semuanya sudah merasa nyaman dengan status pekerjaannya. Hanya tinggal menguatkan kinerja dan kerjasama tim dari waktu ke waktu.

Bekerja dalam lingkungan yang penuh harmoni kekeluargaan pastilah sangat berbeda dengan bekerja dalam suasana kaku dan teknis. Pekerjaan harus dijalani secara rileks, santai, tetapi tetap serius. Adakalanya kita serius menuntaskan sebuah pekerjaan, tapi ada saatnya juga bercanda. Dalam waktu-waktu tertentu mungkin perlu juga membuat acara khusus yang benuansa santai dan akrab. 

Acara-acara seperti makan bersama, buka puasa bersama, outbound, main futsal, dan lain-lain adalah beberapa diantaranya. Akan tetapi semua aktivitas itu tak ubahnya formalitas semata ketika ada salah seorang saja yang menganggap bahwa dirinya belum sepenuhnya ada di keluarga itu.

Memang menjadi dilema tersendiri ketika kebijakan perusahaan membatasi seseorang untuk menjadi karyawan tetap didalamnya. Namun semestinya hal itu tidak serta merta membuat kita lantas mengabaikan orang-orang yang menjadi bagian dari pekerjaan kita. Kita bisa tetap menjalin keakraban dan kekeluargaan biarpun berstatus karyawan kontrak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun