Ka'bah yang biasanya tidak pernah sepi dari jamaah untuk sejenak menjadi "sunyi senyap" terkait kebijakan dari pemerintah Arab Saudi yang melakukan sterilisasi Masjidil Haram akibat virus corona Covid-19.
Kabah yang biasanya selalu dikelilingi oleh ribuan jamaah untuk beberapa waktu lamanya seperti "kehilangan" kesakralan. Untuk sejanak pusaran energi ka'bah yang terpancar di sekeliling baitullah itu terhenti. Semua oleh sebab virus corona yang begitu merajalela melakukan "invasi" dan mengancam nyawa manusia.
Sebagaimana diketahui, Ka'bah adalah kiblat umat Islam di seluruh dunia. Semua ritual ibadah sholat akan menghadap ke satu arah yang sama. Seorang muslim yang berada di Asia, Eropa, Afrika, Amerika, bahkan hingga Antartika sekalipun tetap akan mengarahkan sujudnya ke sana. Itu adalah sebuah pengajaran yang diberikan kepada seorang muslim oleh Tuhannya.
Pertanyaan terkait mengapa umat Islam mengarahkan arah ibadah sholatnya ke Ka'bah mungkin selalu menjadi pertanyaan menarik hingga saat ini. Terlebih ketika kita membicarakan perihal Ka'bah itu sendiri. Mengapa Ka'bah begitu istimewa? Diyakini ketika seorang muslim berdoa di Masjidil Haram maka akan membuatnya lebih mudah diijabah Allah SWT. Bahkan mereka yang beribadah disana akan diganjar hingga seribu kali lipat. Sungguh istimewa.
Didalam buku "Pusaran Energi Ka'bah" karya Agus Mustofa disebutkan bahwa gerakan melingkari Ka'bah untuk thawaf menciptakan sebuah medan gaya yang mampu menghasilkan energi gelombang elektromagnetik positif. Spiritual cosmos dalam aktivitas thawaf jamaah adalah manifestasi prinsip fisika dalam kehidupan.
Manusia yang datang dari segala penjuru menjadi sekumpulan "elektron" yang mengitari poros Ka'bah dan menciptakan energi positif di sekitarnya. Efeknya bisa dirasakan langsung oleh jamah yang berada disana. Ketenangan hati, kemustajaban doa, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana jika pusaran energi itu tiba-tiba berhenti? Adakah efek yang ditimbulkannya?
Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, dijelaskan bahwa apabila tidak ada orang yang thawaf maka itu pertanda Ka'bah akan segera diangkat dari muka bumi. Namun hal itu baru akan terjadi apabila thawaf tidak lagi dilakukan hingga selama tujuh tahun.
Dengan kata lain penutupan sementara akses ke Masjidil Haram bukan berarti Ka'bah akan diangkat. Namun dalam hal ini seorang muslim bisa memetik pelajaran berharga betapa pentingnya suatu ritual ibadah dijalankan secara konsisten dari ke waktu.
Terkadang kehadiran sebuah ujian adalah sebuah sarana untuk kita merengguk hikmah lebih dalam darinya. Barangkali dari situasi itu kita menjadi insan yang jauh lebih baik.
Salam hangat,
Agil S Habib