Para pendiri bangsa ini cenderung ingin memulai semuanya dengan pembentukan sikap dan karakter manusia yang hebat serta berkualitas. Bagaimanapun juga, karakter yang hebat adalah bekal berharga untuk memperkaya wawasan keilmuan yang lain.
Dengan adanya rule yang jelas dari para bapak bangsa di masa lalu, lantas mengapa kita yang hidup di generasi setelahnya seolah tidak memiliki keyakinan dan komitmen untuk menerapkannya?
Jangan-jangan kita sendiri tidak yakin dengan cara pandang sistem pendidikan para bapak bangsa sehingga membuat kita mengarahkan "kiblat" pendidikan ke beberapa negara lain yang menurut kita memiliki kualitas pendidikan mumpuni. Selama ini kita seringkali membanding-bandingkan sistem pendidikan kita dengan beberapa negara lain diluar sana.
Barangkali sekaranglah saatnya bagi kita untuk menggali lebih kedalam diri kita sendiri sebagai sebuah bangsa. Kearifan apa yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia, maka itulah yang perlu dikedepankan. Bangsa Jepang bisa maju mungkin karena mereka menyerap banyak ilmu dari negara-negara maju pasca Jepang luluh lantak oleh Bom Atom di Perang Dunia II.
Akan tetapi kebesaran Bangsa Jepang dapat terwujud lebih karena kekuatan karakter para Samurai yang mereka kombinasikan dengan wawasan internasional dari dunia luar. Pertanyaannya, apakah kita sudah melakukan cara serupa? Barangkali kita perlu mendesain sebuah sistem pendidikan berbasis kearifan lokal untuk mengakomodasi keanekaragaman bangsa ini.
Pendidikan di Indonesia sebenarnya tidak butuh sesuatu yang "neko-neko", cukup sebuah sistem pendidikan yang berkelanjutan dan konsisten dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari satu presiden ke presiden lainnya, dan dari menteri pendidikan yang satu ke menteri pendidikan yang lain.
Pendidikan harus dikelola sebagaimana sebuah perlombaan lari estafet. Melakukan sinergi dan berkelanjutan hingga mencapai satu titik tujuan yang sama, pendidikan Indonesia yang maju, berkeadilan, dan menyejahterakan. Siapkah kita untuk itu?
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H