Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengadopsi "Mindset" Investor Saat "Apply" Loker

3 Desember 2019   11:41 Diperbarui: 3 Desember 2019   16:28 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Job Seeker | Sumber gambar : pixabay.com

Bekerja dan mencari penghasilan sendiri adalah sebuah fase kehidupan yang dijalani mayoritas orang. Mereka yang baru lulus sekolah atau yang menyabet gelas sarjana akan berbondong-bondong mencari pekerjaan yang dianggap sesuai. Ada yang mencari pekerjaan sesuai latar belakang pendidikannya, ada yang mencari sesuai kegemarannya, tetapi ada juga yang asal dapat pekerjaan.

Pada umumnya, kita yang tengah dihadapkan pada periode mencari pekerjaan akan memiliki pertimbangan masing-masing dalam memilih tempat kerja. Sebagian ada yang mengedepankan aspek gaji, sebagian yang lain lebih menitikberatkan pada kenyaman dan kondusivitas tempat kerja.

Selain itu, tidak jarang seseorang memilih tempat kerja dengan pertimbangan nama besar perusahaan yang ingin dituju. Perusahaan yang sering didengar telinga publik atau sering memunculkan iklan produk di televisi dianggap lebih keren dan layak dijadikan tempat untuk bekerja. Serta beberapa jenis pertimbangan lainnya.

Alasan-alasan yang paling sering dijadikan pertimbangan dalam memilih pekerjaan secara garis besar tidak akan jauh-jauh dari besaran gaji, prospek karir, nama besar perusahaan, atau akses lokasi.

Namun pernahkah para job seeker memperhatikan aspek-aspek seperti kesehatan perusahaan, prospek pertumbuhan bisnis "calon" tempat kerja, hingga potensi keuntungan bisnis suatu perusahaan?

Barangkali kita semua beranggapan bahwa beberapa hal tadi baru bisa diketahui setelah kita berada dalam lingkungan kerja atau dengan kata lain setelah kita turut serta menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

Istilah katanya, kita harus menjadi "orang dalam" terlebih dahulu agar bisa melihat dan menilai lebih jauh perihal kondisi tempat kerja yang hendak kita tuju tersebut. Pertanyaannya, apakah memang harus demikian?

Ada sebagian perusahaan yang terlihat mewah, terkenal, dan memiliki nama besar. Akan tetapi tidak berapa lama kemudian pasca kita masuk kerja di sana kondisi perusahaan justru terpuruk hingga memaksa kita untuk keluar atau resign demi menyelamatkan karir atau minimal menjaga keberlangsungan penghasilan di masa-masa mendatang.

Hal inilah yang perlu kita hindari. Kita tentu ingin berada dalam suatu lingkungan kerja yang memberikan rasa aman dan nyaman dari ancaman kebangkrutan.

Selain itu kita tentu juga berharap berada dalam lingkungan tempat kerja yang menjanjikan kenaikan gaji secara rutin dan kemungkinan bagi-bagi bonus.

Hal-hal tersebut tidak akan mampu dilakukan oleh perusahaan atau korporasi yang terlilit hutang banyak, kondisi keuangan amburadul, serta pertumbuhan bisnis yang minus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun