Keraguan masih terus berlanjut seiring penunjukan sosok pebisnis start up ternama Gojek, Nadiem Makarim, menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) baru di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kedua ini.Â
Suara sumbang bermunculan menilik latar belakang pebisnis yang dimiliki oleh "Mas Nadiem" ini. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa pendidikan itu tidak semata untuk menyiapkan kondisi perekonomian di masa depan, tetapi juga menyangkut karakter bangsa.
Selain itu, ada juga yang berpandangan bahwa Mas Nadiem tidak akan mampu bertahan lama di jabatannya. Beliau tidak akan sampai 5 tahun menduduki posisi Mendikbud tersebut.Â
Sedemikian meragukankah eks bos Gojek ini? Latar belakangnya sebagai salah seorang lulusan Harvard University ternyata tidak cukup mampu menampik keraguan publik.Â
Bagaimanapun juga publik mungkin berharap bahwa untuk posisi sekelas menteri pendidikan hendaknya diisi oleh orang-orang berlatar belakang dunia akademis seperti guru besar bertitel profesor, dosen bergelar doktor, dan sejenisnya. Setidaknya seperti itulah harapan mainstream sebagian masyarakat kita.
Namun kita patut menduga bahwa pertimbangan Presiden Jokowi memilih sosok muda yang beliau panggil dengan sebutan "Mas Nadiem" ini adalah terkait dengan kalimat bijak dari sosok ilmuwan fenomenal Albert Einstein, bahwa "Melakukan hasil yang sama secara terus-menerus dan mengharapkan hasil yang berbeda merupakan bentuk kegilaan."Â
Presiden kita sepertinya ingin melakukan cara yang berbeda dibanding sebelum-sebelumnya. Beliau menempuh cara anti-mainstream dibandingkan yang terdahulu.
Mendikbud yang biasanya diidentikkan dengan sosok yang "tua", berpengaruh di bidang pendidikan, dan sebagainya kini diterobos seiring terpilihnya sosok "muda" dan bervisi "unik".Â
Pandangannya yang sudah terpengaruh pola pikir disruptif (baca juga tulisan saya yang berjudul Pentingnya "Disruptive Mindset" di Dunia Kerja Masa Kini), sehingga membuatnya terlihat tampil beda daripada yang lain.
Dunia pendidikan dan kebudayaan tentu cukup berbeda dengan dunia bisnis yang selama ini menjadi bidang keahlian Mas Nadiem. Mau tidak mau hal itu mengharuskan mendikbud baru kita ini untuk belajar lagi. Mas menteri harus mengenal dan mendalami seluk beluk serta dinamika pendidikan di Indonesia sebelum meluncurkan program gebrakannya nanti.Â