Peringatan halloween identik dengan penampilan yang menyeramkan dan dandanan yang menyerupai hantu menakutkan. Setidaknya hal itulah yang dipahami kebanyakan orang. Terlepas dari latar belakangnya yang penuh aura mistis, halloween sebenarnya dirayakan sebagai tanda berakhirnya musim tanam serta menyambut datangnya musim dingin di eropa. Meskipun sejauh ini banyak yang beranggapan bahwa perayaan ini adalah bagian dari sesuatu yang seram dan menakutkan, ternyata budaya ini semakin menyebar luas ke seluruh dunia dan termasuk di Indonesia. "Ritual wajib" dari perayaan ini adalah dengan menakut-nakuti orang lain dengan menggunakan kostum seram. Di negara-negara barat sendiri, perayaan halloween dilakukan dengan mengenakan pakaian ala setan atau hantu sembari datang berkeliling rumah tetangga dan melontarkan kalimat "Trick or treat".
Meskipun perayaan hallowen ini bukanlah budaya yang cocok untuk kita ikuti di Indonesia, namun sepertinya "aura" halloween itu dirasakan langsung oleh Misriyani Ilyas, seorang politikus Partai Gerindra yang beberapa waktu lalu harus rela menerima kenyataan batal dilantik sebagai anggota legislatif DPRD Sulawesi Selatan karena dipecat dari partai asuhan Prabowo Subianto tersebut.
Pemecatan tersebut dilakukan sebagai buntut dari keputusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan terkait sengketa hasil pemilihan legislatif. Apa mau dikata, harapan Misriyani Ilyas yang sudah didepan mata terwujud tiba-tiba hilang dalam sekejap. Mimpinya menjadi anggota legislatif harus kandas, bahkan ia harus menerima kenyataan diberhentikan dari partai.
Inilah realitas menyeramkan yang mesti dihadapi oleh Misriyani Ilyas sebagai seorang politisi. Dunia politik yang diharapkannya memberikan sesuatu yang menyenangkan malah justru memberikan hal yang menyeramkan dalam kehidupannya. Modal kampanye tidak kembali, angan mendapatkan keistimewaan sebagai anggota dewan melayang, dan mungkin harapannya memperjuangkan aspirasi rakyat tidak terwujud. Misriyani Ilyas seperti mendapatkan kejutan yang teramat sangat tidak menyenangkan, bahkan sejak beberapa hari sebelum halloween itu sendiri.
Nyesek, sakit hati, patah hati. Mungkin itulah beberapa kata yang cukup bisa menggambarkan isi hari politisi perempuan ini. Tangisan yang ia tunjukkan adalah bukti bahwa kenyataan pahit politik adalah bagian tang terhindarkan yang bisa saja terjadi dan dialami oleh setiap politisi. Bayangkan, dengan bejibunnya orang-orang yang berminat dan berlomba-lomba menjadi anggota legislatif sedangkan kuota yang tersedia sangat terbatas, maka peluang untuk "tersingkir" Â pastilah lebih besar daripada peluang untuk berhasil.
Sayangnya, Misriyani Ilyas yang sepertinya sudah berada didepan pintu keberhasilan itu malah justru tersingkir. Mungkin berbeda cerita jikalau sedari awal ia tahu bahwa dirinya akan gagal menjadi anggota legislatif. Bagaimanapun juga itulah politik, semua bisa terjadi. Misriyani Ilyas mau tidak mau harus menerima kenyataan itu.
Kondisi serupa bukan tidak mungkin juga akan terjadi pada politisi. Hanya saja apakah mereka semua mampu menerima kenyataan itu dengan lapang dada atau justru menderita sakit sakit berkepanjangan? Tidak sedikit para politisi yang mengalami gangguan mental setelah gagal mencapai ambisinya duduk di kursi jabatan publik.
Padahal jikalau semua orang itu pada awalnya memang berniat untuk mengabdi kepada rakyat, seharusnya semua konsekuensi itu siap diterima. Bukan hanya siap menang, tetapi juga siap kalah. Bukan hanya siap untuk dilantik, tetapi juga siap untuk gagal dilantik. Pintu lain untuk memperjuangkan nasib rakyat masih terbuka lebar.
Menjadi anggota dewan bukan satu-satunya jalan menyalurkan aspirasi. Meskipun belum tentu pintu yang lain itu "semenarik" menjadi wakil rakyat yang duduk di gedung parlemen yang dingin dan diberi gaji tidak sedikit. Apakah tangisan Misriyani Ilyas itu karena motif finansial yang hilang dari dirinya? Entahlah. Tetapi yang pasti politik tidak selamanya menyenangkan, tetapi adakalanya juga menyeramkan. Siapkah semua politisi kita berjumpa dengan halloween politik itu?
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H