Kalimat ini kita pahami seperti apa? Apabila kita tengah dalam kondisi emosi, kalimat ini bisa saja kita anggap menyinggung dan menghina kita. Namun lain halnya saatnya kita tengah dalam suasana ceria selepas menonton film Warkop DKI yang mengocok perut. Saat kita tengah dalam situasi marah pun, menerima tulisan seperti itu tapi dengan tambahan tulisan "peredam" bisa menciptakan emosi yang berbeda.
"Dasar kamu lebay ah, ganteng!"
Kata "ah" dan "ganteng" bisa memunculkan emosi lain didalam benak si penerima pesan. Apalagi jika setelah tulisan itu ditambahkan lagi emoticon santai.
"Dasar kamu lebay ah, ganteng :D"
Emoticon senyum bisa membuat pesan tulisan itu ditangkap secara berbeda.
"Dasar kamu lebay" dibandingkan "DASAR KAMU LEBAY" bagi sebagian orang dianggap berbeda dimana tulisan dengan huruf besar seringkali dianggap memiliki nilai penekanan lebih daripada yang ditulis biasa.Â
Seperti itulah diantaranya bias emosi yang terjadi dari sebuah bahasa tulis. Kita harus lebih banyak mencari tahu serta mengasah kepekaan terkait apa dan bagaimana seharusnya sikap kita dalam menyikapi kondisi ini.Â
Perbendaharaan bahasa tulis kita harus terus diperkaya karena masih ada banyak sekali bias emosi yang bisa kapan terjadi dalam segenap aktivitas komunikasi yang kita lakukan.Â
Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi seperti sekarang, kita lebih senang menjalin komunikasi melalui bahasa tulis dibandingkan bertemu langsung dan bertatap muka. Maka bahasa tulis pun menjadi penting untuk mengurangi kemungkinan salam paham.
Â
Salam hangat,
Agil S Habib